Masjid Agung Baitunnur merupakan masjid bersejarah yang didirikan pada tahun 1722 Masehi. Terjadi pemugaran dari masa ke masa dimulai pada tahun 1774 hingga 2018. Tidak jauh dari masjid tersebut terdapat makam Sunan Pojok yang merupakan diduga sebagai pendiri masjid tersebut. Masjid Agung Baitunnur telah berkali-kali melakukan pemugaran hingga saat ini yakni melakukan rehabilitasi masjid sebagai perluasan, namun tidak merubah arah kiblatnya karena menjaga nilai peninggalan dan penghormatan dari keilmuan pendiri masjid.
Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian riset kepustakaan (library research), dengan pendekatan kualitatif. Analisis yang digunakan terdapat dua pembagian, yaitu analisis deskriptif dan analisis komparasi.
Penelitian menghasilkan kesimpulan. Pertama, metode yang digunakan pendiri masjid dalam menentukan arah kiblat adalah menggunakan hati (keyakinan) dengan bernuansa mitos. Melihat masyarakat Blora yang percaya dengan keilmuan beliau yang sudah dianggap sebagai kekasih Allah. Maka untuk menghadap kiblat sendiri hanya dengan keyakinan hingga tidak perlu merubah bangunannya. Kedua, Berdasarkan pengukuran arah kiblat oleh penulis dengan menggunakan rashdul kiblat lokal, Islamicastro, dan Mizwala Qibla Finder menghasilkan azimuth kiblat sebesar 294°16’21,43’’. Kemudian menemukan fakta arah kiblat masjid Agung Baitunnur Blora sebesar 285° dengan hasil menunjukkan ada kemelencengan nilai sebesar 9°16’21,43’’ ke kiri. sehingga arah yang dituju masjid Agung Baitunnur Kabupaten Blora bukanlah Ka’bah melainkan Eritrea yang berada di Selatan Ka’bah yang berjarak 697,18 Km.