Wakaf dengan objek hak atas kekayaan intelektual bisa diterapkan di Indonesia karena secara normatif sudah ada terkait perundang-undangannya yang terdapat pada Pasal 16 ayat 3 UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Permasalahan kemudian timbul mengenai keabsahan mewakafkan benda bergerak berupa Intellectual Property Right (Hak atas Kekayaan Intelektual) dalam kacamata hukum Islam (Fiqih). Fiqih secara sistematik belum mengangkat hak cipta keilmuan, seperti hak paten atas merek dagang sebagai kepemilikan perseorangan ataupun kelompok yang berada dibawah payung hukum perlindungan. Titik penekanan teori maqasid baru lebih menekankan kepada development (pembangunan, pengembangan) dan right (hak-hak). Jasser Auda menggunakan Maqasid al-Syari’ah sebagai tolak pangkal filosofi dalam berpikirnya dengan menggunakan pendekatan sistem sebagai metode dalam berpikir dan pisau analisisnya.
Oleh karena itu penulis memilih penelitian ini dengan rumusan masalah, bagaimana dasar pertimbangan yang digunakan dalam hak atas kekayaan intelektual sebagai objek wakaf? Dan bagaimana Maqasid al-Syari’ah Jasser Auda dalam memandang hak atas kekayaan intelektual sebagai objek wakaf. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kepustakaan (library research) dengan melakukan telaah terhadap perundang-undangan tentang wakaf dan hak atas kekayaan intelektual, kompilasi hukum Islam, buku maupun artikel yang membahas tentang wakaf dan hak atas kekayaan intelektual dan juga buku maupun artikel yang ditulis oleh Jasser Auda mengenai Maqasid al-Syari’ah sebagai bahan hukum primernya. Bahan hukum sekunder yang berasal dari buku, jurnal, karya ilmiah, majalah dan karya-karya lain yang membahas tentang wakaf dan hak atas kekayaan intelektual juga pembahasan tentang Maqasid al-Syari’ah Jasser Auda. Kemudian penulis melakukan analisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif untuk menjelaskan pemikiran Jasser Auda terkait Maqasid al-Syari’ah yang dicanangkannya. Hasil penelitian yang telah dilakukan ini memberikan hasilnya bahwa dari keenam fitur yang telah ditawarkan oleh Jasser Auda, yakni watak kognitif sistem (cognitive nature of system), kemenyeluruhan (wholeness), keterbukaan (openness), hierarki yang saling berkaitan (interrelated hierarchy), multidimensional (multidimensionality), dan terakhir adalah kebermaksudan (purposefulness) dimana belum pernah dilakukan pengkajiannya di dalam hukum Islam maupun ushul fiqih.
Di dalam kacamata hukum kebendaan, hak atas kekayaan intelektual termasuk ke dalam benda tidak berwujud menurut sifatnya dan mempunyai hak absolut berupa hak moral dan hak ekonomi. Jika disandingkan dengan konsep maqasid al-syari’ah Jasser Auda, hak moral dan hak ekonomi mempunyai kaitan dengan maqasid al-syari’ah Jasser Auda yang bercita rasa kepada human development dan public interest. Selain itu, wakaf dengan menggunakan hak atas kekayaan intelektual ini adalah sesuatu yang baru dan belum banyak dilakukan oleh masyarakat pada umumnya. Sedangkan, melalui wakaf adalah salah satu derma harta (infaq) yang memiliki sebuah potensi yang besar dan luas kemanfaatannya untuk kemaslahatan dan perkembangan.