Kriteria neo visibilitas hilal MABIMS pertama kali diimplementasikan pada penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1443 H. Pada penetapan 1 Syawal 1443 H ketinggian hilal seluruh Indonesia telah memenuhi kriteria akan tetapi untuk elongasi hanya sebagian wilayah Indonesia saja yang memenuhi. Berdasarkan laporan hasil rukyat terdapat daerah yang tidak memenuhi kriteria neo visibilitas hilal MABIMS dari segi elongasi akan tetapi berhasil melihat hilal dan laporannya diterima oleh Kementerian Agama serta dijadikan pertimbangan dalam sidang isbat. Maka dari itu penting kiranya penulis mengetahui bagaimana implementasi dari kritaria neo visibilitas hilal MABIMS dan apa dasar penetapan 1 Syawal 1443 H?
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Dengan sumber data primer Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 435 Tahun 2022 dan wawancara secara langsung dengan Ismail Fahmi Kasubdit Hisab Rukyat dan Syariah Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama RI yang berperan penting dalam penetapan 1 Syawal 1443 H. Untuk pengumpulan data, penulis menggunakan metode dokumentasi dan wawancara. Sedangkan analisis data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis.
Penelitian ini menghasilkan 2 temuan. Pertama, implementasi dari kriteria neo visibilitas hilal MABIMS belum sepenuhnya diterapkan. Kedua, Dasar penetapan 1 Syawal 1443 H di antaranya, sudah terpenuhinya syarat minimum 3˚ dan elongasi 6,4˚ menurut kriteria baru MABIMS (3-6,4). Adanya laporan keterlihatan hilal dari berbagai daerah. Indonesia menganut sistem mathla wilayatul hukmi. Dan demi tercapainya kemaslahatan.