Ijarah merupakan transaksi pertukaran manfaat atau jasa dari pihak mu’jir kepada pihak musta’jir tanpa adanya perpindahan kepemilikan dengan batas waktu dan adanya upah/imbalan dengan rasa saling rela, tanpa adanya unsur keterpaksaan yang mana objek dari sewa menyewa (barang) merupakan milik sendiri pihak yang menyewakan. Begitu juga yang terjadi pada transaksi sewa menyewa pemancingan ikan di Pemancingan Basori di Desa Kalijambe Kec. Sragi Kab. Pekalongan. Namun pemancingan Basori memiliki sistem yang berlaku yaitu “Bejan” dimana sistem tersebut merupakan kegiatan sewa menyewa pemancingan ikan dengan mengandalkan suatu keberuntungan (Bejo/Bejan) dalam melakukan sewa menyewa. Pemancing yang mendapatkan ikan kurang dari 1 Kg dalam kurun waktu 1 jam tidak diperbolehkan membawa pulang ikan yang telah didapat, dan sebaliknya. Tidak sedikit pemancing yang merasa dirugikan dikarenakan hasil pancingan yang belum memenuhi jumlah target pihak pemancingan. Tentunya praktik tersebut bertentangan dengan ajaran syariat dalam melakukan transaksi ijarah yang harus menjauhi hal-hal batil sehingga bisa merugikan salah satu pihak yang berakad.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dalam penelitian ini penulis melakukan observasi secara langsung di lapangan untuk mengamati lebih dekat apa saja yang menjadi persoalan hukum dan bagaimana interaksi yang berlangsung diantara dua pihak yang terlibat dalam akad ijarah pada Pemancingan Basori di Desa Kalijambe Kec. Sragi Kab. Pekalongan. Peneliti menggunakan penelitian non-doktrinal atau penelitian normatif empiris yaitu suatu penelitian hukum positif yang tidak tertulis terkait tingkah laku masyarakat dalam bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari setelah diamati oleh penulis selama observasi serta wawancara. Data yang diperoleh dikuatkan oleh hasil penelitian dan sumber buku literatur yang terkait materi ijarah, dan gharar. Dalam penjabarannya digunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu menelaah, memaparkan, serta merumuskan keadaan dan posisi yang bersumber dari banyaknya sumber yang telah terkumpul yang berasal dari wawancara dan peninjauan perkara yang dilakukan oleh penulis.
Hasil penelitian menujukan bahwasanya sewa menyewa pemancingan ikan dengan sistem Bejan adalah sewa menyewa pemancingan ikan dengan memancing ikan di kolam pemancingan yang sudah disediakan oleh pihak pemancingan dimana setiap melakukan transaksi pemancingan dikenai biaya awal sebesar Rp.30.000 setiap pemancing, dimana dalam pemancingan Basori menyediakan ikan jenis ikan mas dan ikan lele untuk dipancing. Dalam praktiknya sewa menyewa pemancingan ikan menggunakan sistem Bejan berjalan berdasarkan rasa saling suka antara mu’jir dengan musta’jir dan ijarah pada pemancingan Basori dinilai tidak terdapat unsur gharar karena ikan yang didapat bukan bagian dari akad ijarah yang yang merupakan akad yang berlangsung pada pemancingan Basori dan ikan yang didapat hanya bersifat bonus dari pemancingan kepada pihak pemancing yang berhasil mendapatkan ikan 1kg atau lebih dalam 1 jam waktu memancing. Sehingga sewa menyewa pemancingan ikan menggunakan sistem Bejan berstatus hukum sah berdasarkan hukum syara’ baik rukun ataupun syaratnya.