Upacara selamatan merupakan salah satu bentuk pendekatan dakwah kultural. Pemanfaatan budaya sebagai media penyampaian pesan dakwah mengingatkan dengan penyebaran islam secara damai. Dimana budaya dan agama telah mengalami sinkretisasi. Maka dari itu dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dari rangkaian upacara selamatan kematian dan pesan dakwah dalam filosofis tumpangan uborampe upacara selamatan kematian pada masyarakat desa Dimoro kecamatan Toroh kabupaten Grobogan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologi dengan paradigma interaksi simbolik. Sumber data didapatkan dari wawancara, observasi dan dokumentasi.
Kajian ini menunjukkan bahwa makna dari upacara selamatan yang meliputi geblak, telung dino, pitung dino, matangpuluh, nyatus, mendhak pisan, mendhak pindo, dan nyewu. Geblak atau disebut juga ngesur tanah artinya menggeser tanah. Dalam telung dino terdapat peristiwa membusuknya kulit dari mayit. Dalam pitung dino terdapat peristiwa meletusnya perut. Dalam matang puluh hingga nyatus terjadi peristiwa membusuknya daging. Sedangkan dalam nyatus hingga nyewu terdapat peristiwa berkumpulnya tulang menjadi satu. Peristiwa tersebut membuat prihatin keluarga yang ditinggalkan, sehingga dengan diadakannya upacara selamatan pada dasarnya mendo’akan bersama keluarga yang ditinggalkan dengan harapan mengurangi rasa sakit atau siksaannya. Sedangkan pesan dakwah yang ingin disampaikan dari filosofis makanan (uborampe) yang terdapat dalam selamatan kematian tersebut adalah sebuah perintah untuk berpuasa dihari esok jika kamu memiliki kesalahan maka akan bertambah amalan baik kita untuk menghapus dosa tersebut.

ABSTRACT:
Ceremony of deth is a form of a cultural da'wah approach. The utilization of culture as a medium of delivering da'wah messages reminded the spread of Islam in peace. Where culture and religion have experienced syncretism. Therefore, in this study, aims to determine the meaning of a procession of ceremonies and philosophical messages in the philosophical ceremony of uborampe to ceremony feast of death in the people of Dimoro District, Toroh Regency. This study is a qualitative research with a sociology approach with a symbolic interaction paradigm. Data sources were obtained from interviews, observations and documentation.
This study indicates that the meaning of the ceremony that includes geblak, telungdino, pitung dino, matangpuluh, nyatus, mendhak, mendhak pindo, and nyewu. Geblak or also called ngesur soil means shifting the land. In the telungdino there was an event of roting the skin from the deceased. In pitung dino there is an event for the stomach popping. In matangpuluh until nyatus there was an event of rotting meat. Meanwhile, in nyatus until it nyewu occurred where the event gathered the bones became one. The incident made concerned about the families who were left, so with the ceremony of a good ceremony we basically prayed with the family left in hope to reduce the pain or torture. Meanwhile, the message of the da'wah, which is wanted to be conveyed from the food philosophical uborampe which is in the good health, is an order to fast on tomorrow if you have mistakes then will increase our good deeds to remove the sins.