Pengamatan fajar ṣādiq menggunakan all sky camera di Kota Medan

Ritonga, Marataon (2022) Pengamatan fajar ṣādiq menggunakan all sky camera di Kota Medan. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

[thumbnail of Tesis_2002048001_Marataon_Ritonga] Text (Tesis_2002048001_Marataon_Ritonga)
Tesis_2002048001_Marataon_Ritonga.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (4MB)

Abstract

Waktu salat Subuh dimulai ketika terbit fajar ṣādiq dan berakhir sampai terbit Matahari. Di Indonesia sendiri banyak ahli falak yang menetapkan kriteria ketinggian Matahari untuk menentukan awal waktu salat Subuh dengan ketinggian yang bervariatif, mulai dari -18o sampai -20o di bawah ufuk bahkan sampai pada ketinggian -13o di bawah ufuk. Kementerian Agama RI menetapkan ketinggian Matahari untuk waktu salat Subuh adalah -20o di bawah ufuk. Dengan adanya perbedaan dalam menetapkan ketinggian Matahari di bawah ufuk, para ahli falak maupun astronomi banyak melakukan pengamatan ulang terhadap kemunculan fajar ṣādiq. Salah satunya pengamatan fajar ṣādiq menggunakan All Sky Camera. Studi ini bertujuan untuk menjawab permasalahan: (1) Bagaimana akurasi pengamatan fajar ṣādiq menggunakan All Sky Camera? (2) Bagaimana pengaruh kondisi langit terhadap keterlihatan fajar ṣādiq menggunakan All Sky Camera?. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan lapangan (field research) melalui observasi untuk mengumpulkan data dilapangan secara langsung. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif statistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pengamatan dilakukan selama 6 bulan dengan rentang bulan Oktober-Nopember 2021 dan Januari-April 2022 didapatkan ketinggian Matahari antara -15o sampai -13o di bawah ufuk. Terdapat perbedaan ketinggian Matahari yang didapatkan disebabkan perbedaan tingkat polusi cahaya dilokasi pengamatan. Keakuratan All Sky Camera dalam mengamati fajar tergantung pada lokasi pengamatan, (2) Keterlihatan fajar ṣādiq menggunakan All Sky Camera sangat dipengaruhi kondisi kecerahan langit, seperti awan tebal, mendung (cuaca gelap) maupun yang disebabkan polusi cahaya, sehingga All Sky Camera lebih lambat dalam mendeteksi kemunculan fajar ṣādiq dibandingkan dengan pada saat kondisi langit cerah.

ABSTRACT:
The time for the Fajr prayer begins at dawn ṣādiq and ends until the sun rises. In Indonesia, astronomers determine the criteria for the altitude of the Sun start of the Fajr prayer time with varying altitudes, in scale from -18o to -20o below the horizon and even up to an altitude of -13o below the horizon. The Ministry of Religion of the Republic of Indonesia has determined that the altitude of the Sun for the Fajr prayer is -20o below the horizon. With the difference in determining the altitude of the Sun below the horizon, astronomers and observers have made observations of the appearance of ṣādiq dawns. One of them is observing fajr ṣādiq using All Sky Camera. This study aims to answer the problems: (1) How accurate is the observation of ṣādiq dawn using the All Sky Camera? (2) How is the effect of sky conditions on the sight of ṣādiq dawn using the All Sky Camera?. This research is a quantitative research with a field research approach through observation to collect data in the field directly. Data collection techniques used are observation and interviews. While the data analysis technique used is descriptive statistics.
The results of this study indicate that (1) observations were made for 6 months with a range of October-November 2021 and January-April 2022, the Sun's altitude was between -15o to -13o below the horizon. There is a difference in the altitude of the Sun obtained due to differences in the level of light pollution at the observation location. The accuracy of the All Sky Camera in observing dawn depends on the location of observation, (2) The appearance of ṣādiq dawn using the All Sky Camera is strongly influenced by conditions of sky brightness, such as thick clouds, overcast (dark weather) or caused by light pollution, so All Sky Camera is slower in detecting the appearance of ṣādiq dawn compared to when the sky bright.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Waktu Subuh; All Sky Camera; Tinggi Matahari; Kecerahan Langit; Fajar sadiq
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.2 Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam > 297.26 Islam and secular disciplines > 297.265 Islam and natural science (Incl. Islamic Astronomy/Ilmu Falak)
Divisions: Program Pascasarjana > Program Master (S2) > 50102 - Ilmu Falak (S2)
Depositing User: Miswan Miswan
Date Deposited: 29 Aug 2023 09:39
Last Modified: 29 Aug 2023 09:39
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/20843

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics