Modin -yang merupakan kepanjangan dari Imam ad-Din (panutan agama)- yang diangkat oleh Pemerintah menjadi tokoh sentral dalam kehidupan masyarakat Desa terkait segala urusan yang menyangkut ritualitas keagamaan. Seperti menjadi pemimpin tahlilan, pemimpin doa, khususnya dalam pemulasaran jenazah. Namun seiring dengan perjalanan waktu, jumlah Modin terus berkurang dan sosoknya semakin langka ditemukan di Desa/Kelurahan, termasuk di Kampung Duwet Kelurahan Bringin. Terjadinya krisis Modin di Kampung Duwet Kelurahan Bringin, mendorong masyarakat di wilayah ini merujuk dan meminta tokoh-tokoh agama lokal untuk menggantikan peran Modin dalam ritualitas keagamaan, khususnya dalam pemulasaran jenazah. Namun kemampuan tokoh agama di wilayah ini untuk menggantikan peran Modin masih sangat minim. Kondisi di atas membutuhkan program pendampingan dengan menggunakan model Participatory Action Research (PAR) yang selalu memperhatikan siklus rencana-aksi-refleksi (plan-actionreflection cycle). Dalam implementasinya, pengabdi menggunakan strategi pembelajaran orang dewasa yang menempatkan mitra dampingan sebagai subyek. Hasil pendampingan telah membekali mitra dampingan tentang kemampuan memimpin ritualitas keagamaan di masyarakat dengan baik, khususnya tentang pemulasaran jenazah.