Politik identitas timbul karena adanya keinginan untuk diakui dan diperlakukan setara atau adil, kemauan untuk menjaga nilai budaya dari masing-masing kelompok, dan karena rasa kesetiaan kepada marga Bancinnya. Politik identitas dapat dimaknai sebagai suatu tindakan individu atau kelompok dalam politik yang mengutamakan perebutan kekuasaan dengan landasan kesamaan identitas, yang mana kesamaan tersebut termasuk pada marga, ras, gender, atau keagamaan (Buchari, 2014). Dalam Penelitain ini Membahas tentang penggunaan identitas marga Bancin yang digunakan dalam pemilihan kepala desa Kuta tinggi adanya identitas marga yang digunakan calon untuk memenangkan kontestan dalam pemilihan kepala desa Kuta Tinggi. Tahun 2022
Desa Kuta Tinggi merupakan desa yang notabiltasnya memiliki marga anatara lain marga bancin, berutu, Tumangger, Banurea dan marga lainnya. Desa Kuta tinngi dikenal dengan desa yang masyarakatnya memiliki adat istiadat yang masih kental dengan sisilah marga yang sifatnya masih turun temurun dari nenek moyang zaman dulu.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan langsung yang digunakan peneliti untuk menganalisis dan memahami pengalaman-pengalaman, Peneliti menggunaan data yang diperlukan dengan melakukan wawancara tidak tersruktur, observasi partisipatif, serta melihat dokumen-dokumen terkait.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal, Pertama; bahwa dalam pemilihan kepala di desa Kuta Tinggi marga bancin merupakan salah satu alat yang kuat dalam memenangkan kontestasi pilkades di desa kuta Tinggi, karena sejarahnya kepala desa kuta Tinggi dari Tahun ke tahun selau di menangkan oleh marga bancin. Kedua dalam pemilihan kepala desa kuta Tinggi penggunnan pilitik identitas marga bancin selalu di digunakan para calon kepala desa untuk manipulasi dan mobilisasi masyarakat desa kuta tinggi, berdasarakan penelitian yang di lakukan di lapangan masyarakat desa kuta Tinggi cendrung memilih calon kepala desa berdasarkan marga yang sama yaitu marga bancin.