Penelitian ini membahas mengenai alumni Sekolah Kader Pengawas Partisipatif (SKPP) Kota Semarang dalam menindaklanjuti Rencana Tindak Lanjut dengan dibentuknya sebuah wadah yaitu komunitas Gerakan Masyarakat Partisipatif (Gempar) Semarang. Gempar Semarang memiliki tujuan untuk mensosialisasikan dan membiasakan pengawasan partisipatif kepada masyarakat sasaran di Kota Semarang. Pada penelitian ini selain mengetahui peran Gempar Semarang dalam mewujudkan visi dan misinya untuk meningkatkan pengawasan partisipatif, penelitian ini juga mencari tahu perubahan yang terjadi pada masyarakat mengenai pengawasan partisipatif.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan studi kasus. Penelitian ini berpedoman pada teori strukturasi oleh Anthony Giddens. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data ini menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan menggunakan analisis data dengan model yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini, bentuk kegiatan yang dilakukan Gempar Semarang dalam kerangka mewujudkan visinya yaitu terdiri dari: (1) membentuk tim yang mengkampanyekan pengawasan partisipatif. Metode yang digunakan yaitu peer educator dan media sosial, (2) sebagai wadah alumni SKPP Kota Semarang dalam menindaklanjuti Rencana Tindak Lanjut, dan (3) membantu lembaga pengawas Pemilu dalam menjalankan tugasnya mengawasi Pemilu. Kemudian dari kegiatan yang dilakukan Gempar Semarang, komunitas ini belum memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan pengawasan partisipatif pada masyarakat sasaran karena hanya baru sebatas memberikan pemahaman mengenai pentingnya pengawasan partisipatif. Sehingga dapat dikatakan bahwa Gempar Semarang gagal dan belum bisa berperan menjadi agen karena tidak bisa mewujudkan visinya dan mengkampenyekan pengawasan partisipatif secara rekursif. Akibatnya, Gempar Semarang tidak bisa membentuk realitas sosial yaitu perubahan yang terjadi kepada masyarakat sasaran mengenai pengawasan partisipatif.