Penelitian dalam skripsi ini membahas tentang usulan Rancangan perubahan atas Undang-Undang No.30 Tentang Energi dimana sudah tidak mampu menjawab permasalahan dan dinamika energi tingkat nasional dan internasional. Dalam hal ini, DPD RI telah mengajukan usul inisiatif RUU Perubahan atau biasa disebut sebagai Rancangan Undang-Undang Energi Baru Energi Terbarukan (RUU EBET). Denty Eka Widi Pratiwi sebagai salah satu anggota Komite II DPD RI menjadi perwakilan kaum perempuan dalam memperjuangkan haknya dalam perumusan RUU EBET. Maka dari itu perlu diketahui bagaimana peran Denty Widi Eka Pratiwi sebagai anggota DPD perempuan dalam pengusulan Rancangan Undang-Undang Energi Baru Energi Terbarukan? Serta bagaimana hambatan yang di lalui oleh Denty Widi Eka Pratiwi dalam menjalankan perannya sebagai anggota dewan?
Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teori Representasi Formalistik dan Subtantif (acting for) dari Hanna Pitkin. Data hasil wawancara sebagai sumber primer, sedangkan sumber sekunder diperoleh dari berbagai literature, baik buku, artikel, jurnal, dan data dari DPD.
Hasil penelitian menunjukan bahwasanya Denty Eka Widi Pratiwi selaku anggota dewan perempuan telah menjalankan fungsi representasi formalistik. Inidikator tersebut dapat terlihat dari keikutsertaannya dalam mengikuti rapat pembahasan RUU EBETsebagai anggota Komite II DPD RI dan kedalaman pemahaman terkait RUU EBET. Selain representasi formalistik Denty Eka Widi Pratiwi juga telah menjalankan fungsi representasi subtantif (acting for) dimana beliau menjadwi wakil dari untuk perempuan. Hal tersebut ditunjukan melalui isu-isu perempuan yang dibawanya serta komitmen untuk menciptakan generasi yang berkualitas melalui dukungan terhadap kesehatan dan pendidikan perempuan melalui RUU EBET. Hambatan yang dilalui Denty Eka Widi Pratiwi menjalankan fungsi legeslasinya antara lain seperti budaya patriarki, kurangnya pendidikan perempuan, dan aksesbilitas anggota dewan perempuan. Upaya yang dapat dilakukan Denty Eka Widi Pratiwi tersebut adalah meningkatkan kualitas diri, meningkatkan pendidikan perempuan, dan melaksanakan tugas semaksimal mungkin untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat yang diwakilinya. Dalam penelitian ini melihat bahwa peran Denty Eka Widi Pratiwi masih sebatas representasi formalistik dan subtantif (acting for) dengan membawa isu-isu perempuan, dimana seharusnya beliau turut serta melaksanakan representasi deskriptif (standing for) yang dalam hal ini adalah berdiri untuk memperjuangkan hak dari isu-isu perempuan yang beliau. Sehingga representasi Denty Eka Widi Pratiwi disini belum maksimal.