Pada era teknologi informasi 4.0 dimana informasi dan data begitu cepat, jarak ruang dak waktu semakin hilang, komunikasi dan koneksi antar manusia menjadi semakin mudah dan intens, semua data yang berbasik fisik sekarang berbasis digital dapat diakses siapa saja dan kapan saja, kemudahan tersebut lebih transparan seperti kegiatan pemerintah, privasi diri, sosial, ideologi, kultural dan ekonomi, terutama pokok isi pembahasan dalam skripsi ini yang membahas tentang fenomena konten Islam di media sosial. Media tersebut memiliki ideologi masing- masing dlam survive di media sosial terutama melalui conten creator yang sebagai salah satu distributor informasi yang memiliki latar belakang masing-masing. Media sosial mengalami peralihan terutama dalam berdakwah dan penyebaran konten Islam secara terang-terangan, ketersingkapan media ini memberi sebuah peluang bagi masyarakat media sosial untuk memanfaatkan kelebihan teknologi sebagai metode berdakwah yang bisa menjangkau semua lapisan masyarakat. Penelitian ini berusaha menganalisis konten Islam di media sosial dengan pendekatan filsafat teknologi Martin Heidegger. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konten-konten Islam yang tersebar di media sosial, yakni pada konten-konten melalui pendekatan Filsafat Teknologi Martin Heidegger yang tersingkap oleh das-man dan terbingkai oleh ge-stell, metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dimana data yang dihasilkan data deskriptif bukan data numerik, serta menggunakan penelitian kepustakaan dan riset internet.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini pengakses media harus merujuk pada bagaimana individu atau masyarakat mengosumsi media memanfaatkan media, dan menyikapi media secara bijak pada konten-konten yang mengandung tentang dakwah Islam. kita dapat mengalami teknologi dalam batas-batasnya sendiri, serta melampaui batas-batas tersebut. Heidegger membahas esensi teknologi menurutnya teknologi mendahului sains, esensi teknologi tidaklah bersifat teknologis. perpecahan yang seharusnya tidak diperlukan dijadikan sebuah ajang adu domba dari kelompok-kelompok maupun individu tertentu, konten-konten berbasis post-truth yang menyalah gunakan teknologi sebagai ajang untu mendominasi, berkompetisi, saling menyalahkan. Teknologi tercipta bukan karena berangkat dari hal tersebut, tetapi sebagai perangkat yang memudahkan kerja manusia.