Culture shock merupakan ketidaksesuaian atau ketiadaan arah dalam mengetahui hal-hal yang tidak sesuai dengan budaya baru sehingga mengalami respon yang negatif. Mahasiswa asal Nusa Tenggara Barat yang berada di UIN Walisongo Semarang banyak mengalami permasalahan, salah satunya yaitu penyesuaian diri. Dimana penyesuaian diri terjadi karena bersentuhan dengan budaya baru, lingkungan sosial baru yang tidak familiar dengan yang mereka bawa dari asal tinggal mereka, sehingga mereka mengalami berbagai kesulitan seperti gekisah, rindu keluarga, bingung, perubahan perilaku dan sulit berinteraksi. Kondisi tersebut dialami oleh mahasiswa Nusa Tenggara Barat di UIN Walisongo Semarang, sehingga mahasiswa mengalami beberapa kesulitan dalam memahami pelajaran dan kesulitan dalam kontak sosial dengan mahasiswa Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) untuk mengetahui problem penyesuaian diri pada mahasiswa Nusa Tenggara Barat di UIN Walisongo Semarang. 2) untuk menganalisis solusi problem penyesuaian diri dan solusinya dalam bimbingan dan konseling islam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan yaitu menggunakan model Miles dan Huberman, yang terbagi dalam beberapa tahap yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (Conclusing drawing or verification). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Pada proses penyesuaian diri mahasiswa Nusa Tenggara Barat dalam memperoleh atau pemenuhan kebutuhan, mahasiswa Nusa Tenggara Barat melakukan interaksi dengan sesama perantau atau melakukan interaksi dengan perantau dari Nusa Tenggara Barat yang lebih senior atau sudah lebih dahulu tinggal dan menyesuaikan diri. Hal ini didasari dengan adanya kesamaan latar belakang buaya dan nasib. Mahasiswa Nusa Tenggara Barat ini memiliki cara tersendiri dalam proses menyesuaikan diri di UIN Walisongo Semarang, hal ini dipengaruhi oleh karakter individu., 2) Solusi dalam proses penyesuaian diri mahasiswa Nusa Tenggara Barat dengan dukungan sosial dan ta’awn. Hal ini membuat mahasiswa Nusa Tenggara Barat saling memotivasi dan tolong menolong. Dalam permasalahan penyesuaian diri mahasiswa Nusa tenggara Barat bimbingan dan konseling sebaya. Dimana mahasiswa dapat sharing permasalahan dan proses pembelajaran dengan teman yang memiliki nasib dan permasalahan yang sama. Sehingga mahasiswa tersebut dapat menjadi individu yang lebih baik, lebih terbuka dan percaya diri.