Berkaitan dengan judul yang diteliti jujuran merupakan permintaan dari pihak perempuan ke pihak laki-laki. Jumlah jujuran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya seperti status sosial, pendidikan, keturunan, dan kecantikan seorang perempuan. Ketika pihak laki-laki sanggup untuk memenuhi besar jujuran tersebut maka tahap perkawinan selanjutnya dapat segera dilangsungkan. Tetapi jika pihak laki-laki tidak dapat menyanggupi jujuran yang diminta maka rencana pernikahan tersebut gagal sehingga terjadi pembatalan peminangan.
Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah pertama, bagaimana praktik tidak jadinya akad nikah karena tidak terpenuhi jujuran? Kedua, bagaimana tinjauan hukum Islam mengenai tidak jadinya akad nikah karena tidak terpenuhi jujuran?.
Hasil dari penelitian ini bahwa tidak ada upacara atau praktik khusus ketika terjadi pembatalan peminangan, hanya melalui ucapan dari pihak perempuan yang berupa sindirian bahwa perempuan tersebut menolak jujuran yang diberikan oleh pihak laki-laki. Sedangkan, Tinjauan hukum Islam mengenai pembatalan peminangan karena tidak terpenuhi jujuran dalam hukum Islam tentunya bertentangan dengan ajaran Islam. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa tradisi termasuk urf’ fasid apabila dalam pelaksanaannya masih menjadi penghalang pernikahan. Tetapi jika dalam pelaksanannya tidak ada unsur memberatkan maka boleh (mubah) dilaksanakan karena tradisi tersebut sudah menjadi kebiasaan yang sudah dijalankan secara terus menerus.