Waria merupakan salah satu fenomena yang ada di mayarakat. Keberadaan waria sering dianggap sebagai kehidupan yang penuh dengan hura-hura dan kegiatan negatif lainnya. Penilaian inilah yang menimbulkan adanya stigma negatif dan perilaku diskriminatif di masyarakat mengenai keberadaan waria tersebut. Keadaan ini mendorong adanya aksi perjuangan organisasi waria PERWARIS untuk merubah citra waria. Penelitian ini menggunakan analisis teori gerakan sosial Alberto Melucci mengenai identitas kolektif yang mendasari sebuah gerakan. Kontruksi identitas kolektif PERWARIS melibatkan unsur kognisi, afeksi atau emosi, serta jaringan relasi baik di internal kelompok, maupun dengan pihak eksternal.
Penelitian ini menggunakan mtode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi wawancara, dan dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah analisis induktif yang dilakukan dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kemudian kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PERWARIS sebagai sebuah gerakan sosial berupaya untuk merubah paradigma masyarakat mengenai label negatif yang terdapat pada diri waria. Beberapa aksi yang dilakukan PERWARIS dengan berbagi makanan di bulan Ramadhan seperti berbagi ta’jil dan gerakan sahur on the road. Dorongan untuk terbentuknya suatu gerakan muncul dari beberapa keadaan yang dialami oleh PERWARIS sehingga perlu adanya aksi untuk merubah paradigma masyarakat kearah yang lebih baik mengenai waria dari pada kondisi sebelumnya. Hasilnya, PERWARIS sekarang menjadi organisasi waria yang cukup dikenal di lingkungan dinas maupun di lingkungan Kota Semarang.