Pencarian jati diri yang terjadi pada saat remaja dapat mengarahkan individu pada pembentukan identitas yang stabil atau identitas yang kacau. Kekacauan identitas dapat membuat individu merasa dirinya tidak berarti hingga kesulitan dalam mengendalikan emosi maupun bersosialisasi. Salah satu tindakan negatif remaja sebagai bentuk penyaluran emosi yaitu self-injury. Sebagian remaja dengan perilaku self-injury secara perlahan dapat melewati masa-masa sulitnya dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh adanya dorongan dari dalam diri remaja untuk tetap bertahan. Kebermaknaan hidup sebagai salah satu motivasi dalam menjalankan kehidupan penting untuk dipahami agar remaja mampu menjalankan kehidupannya dengan lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran terkait tingkat kebermaknaan hidup berdasarkan pengalaman yang telah dilalui remaja dengan perilaku self-injury di Kabupaten Pemalang. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis deskriptif. Penelitian dilakukan pada tiga orang remaja dengan perilaku self-injury. Seluruh informan pada penelitian ini dipilih sesuai kriteria yang telah ditentukan. Wawancara semi terstruktur dan observasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data selama penelitian. Data yang telah didapatkan kemudian dianalisis serta disajikan dalam bentuk deskriptif. Berdasarkan pengalaman yang disampaikan, ketiga informan pada penelitian ini telah melalui fase penderitaan, penerimaan, dan penemuan makna. Pada saat penelitian ini dilakukan ketiganya belum mencapai fase hidup bermakna.