Catcalling merupakan sebuah bentuk pelecehan seksual secara verbal yang dilakukan oleh segala kalangan dan dimana saja. Banyak kalangan masyarakat termasuk mahasiswa yang memiliki pandangan bahwa catcalling adalah normal dilakukan. Dari sini kemudian dilakukan penelitian guna mengetahui persepsi yang ada pada mahasiswa mengenai catcalling, diambilnya mahasiswa sebagai partisipan karena mahasiswa rentan terlibat dalam adanya aktivitas catcalling hal ini selaras dengan teori psikoseksual milik Sigmund Freud dimana mahasiswa sedang berada pada fase genital atau mulai mengembangkan minat seksual kepada lawan jenis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi yang dimiliki oleh mahasiswa terhadap aktivitas catcalling. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan metode penelitian fenomenologis deskriptif (PFD). Metode pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara partisipan yang dipilih menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria; mahasiswa aktif UIN Walisongo Semarang angkatan 2018 dan mengetahui informasi seputar catcalling, partisipan dalam penelitian ini berjumlah empat orang mahasiswa perempuan dan satu orang mahasiswa laki-laki. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa korban catcalling tidak hanya perempuan saja namun laki-laki juga, selain itu, tiap mahasiswa memiliki persepsi yang berbeda dalam memandang aktivitas catcalling, terdapat dua mahasiswa yang memiliki persepsi negatif sedangkan tiga mahasiswa lain memiliki persepsi netral. Selain itu ditemukan juga dampak psikologis pada korban akibat dari catcalling, yaitu diantaranya; mati rasa (numbing), trauma, perasaan rendah diri (condescending), dan perasaan tidak aman (insecure). Selain itu terbentuk juga respon dari aspek persepsi, yaitu diantaranya; kognisi (terbentuknya pola pikir atau mindset), afeksi (muncul perasaan geram, marah, dan tidak suka), konasi (timbul perilaku penghindaran dan acuh tak acuh atau indifferent).