Kekerasan seksual pada anak merupakan perbuatan merendahkan mengarah pada nafsu seksual seseorang yang ditujukan kepada anak dibawah usia 18 tahun, sehingga mengakibatkan penderitaan secara fisik, maupun trauma psikologis dan sosial. Reaksi trauma pada anak mungkin akan muncul kembali dimasa mendatang. Melihat resiko reaksi trauma pada jangka panjang yang begitu menghawatirkan, maka perlu adanya penanganan pemulihan oleh tenaga profesional tujuannya untuk meminimalisir reaksi dan dampak dimasa depan. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui kondisi trauma pada anak korban kekerasan seksual dan mengetahui implementasi pemulihan trauma pada anak korban kekerasan seksual di Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Jayandu Widuri Kabupaten Pemalang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan sumber data terdiri dari keluarga korban kekerasan seksual, ketua dan pendamping PPT Jayandu Widuri Kabupaten Pemalang, dan psikolog RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun uji validitas dan reliabilitas data mengguankan dua triangulasi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, display data, dan verifikasi data. Penelitian ini memiliki hasil sebagai berikut: Pertama, kondisi trauma anak korban kekerasan seksual di PPT Jayandu Widuri Kabupaten Pemalang menunjukan reaksi trauma seperti menyalahkan diri sendiri, hilangnya kepercayaan terhadap orang dewasa, fregmentasi pengalaman badani, merasa tidak berdaya, stigma, erotisasi, perilaku merusak, gangguan identitas disosiatif, gangguan hubungan interpersonal intim. Kedua, implementasi pemulihan trauma pada anak korban kekerasan seksual di PPT Jayandu Widuri Kabupaten Pemalang menggunakan metode kolaborasi antara pendampingan, konseling dan terapi. Tahapan pemulihan internal meliputi tahapan penyangklan, kemarahan, penawaran, depresi, dan penerimaan. Tahapan pemulihan eksternal meliputi identifikasi masalah, asasment, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, dan terminasi. Proses penanganan dari tenaga profesional akan mempercepat pemulihan dengan adanya faktor pendukung pemulihan seperti kondisi penyerta, peran orangtua dan keluarga, sahabat dan relawan, serta peran masyarakat dan komunitas.