Disinhibition Online merupakan sebuah fenomena di mana individu ketika di dunia maya melakukan atau mengatakan hal-hal yang tidak akan mereka katakan atau lakukan dalam situasi “kehidupan nyata” karena mereka merasa kurang terkendali dan mampu mengekspresikan diri mereka dengan lebih bebas. Disinhibisi online juga merupakan konsep penting untuk dipahami karena merupakan salah satu faktor kunci yang terkait dengan agresi siber, perundungan siber, ujaran kebencian, dan berbagai bentuk perilaku menyimpang di lingkungan online. Berdasarkan latar belakang tersebut, saya ingin meneliti mengenai bagaimana kreator konten dalam menanggapi isu-isu sosial yang ada di masyarakat dan menyampaikannya di media sosial, serta bagaimana pengaruh efek disinhibisi online yang ada mempengaruhi para Kreator Konten kritik sosial di media sosial dengan lokus media sosial TikTok. Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pola disinhibisi online pada kreator konten ketika melakukan kritik di media sosial, serta mengetahui Bagaimana disinhibisi online mempengaruhi kreator konten di media sosial TikTok.
Jenis dari penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menjadikan media sosial TikTok sebagai lapangan penelitian dengan metode penelitian kualitatif. penelitian kualitatif ini akan menggunakan pendekatan studi kasus. Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini bersumber langsung dari informan penelitian, yaitu Kreator Konten kritik sosial di media sosial TikTok. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari buku, artikel jurnal, serta dokumen-dokumen. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penentuan informan dilakukan menggunakan teknik Purposive Sampling dengan jumlah informan yaitu tiga orang. Analisis dilakukan dengan mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Online disinhibition effect milik Suler serta teori Dramaturgi milik Erving Goffman untuk menempatkan para pengguna media sosial dalam panggung depan, panggung belakang, dan self-presenting.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panggung depan, panggung belakang, dan presentasi diri para Kreator Konten kritik sosial dipengaruhi oleh efek disinhibisi online ketika melakukan kritik di media sosial tiktok. Dan dengan adanya efek disinhibisi online. Kemudian adanya efek disinhibisi online tersebut ternyata membantu para Kreator Konten untuk menjadi lebih berani serta percaya diri terhadap apa yang dilakukannya. Selain itu, para Kreator Konten merasa lebih aman dikarenakan adanya hal-hal yang ditimbulkan dari disinhibisi online tersebut. Serta Kreator Konten kritik sosial memberikan komentar ataupun kritikan lebih banyak ketika berada di media sosial dengan adanya efek disinhibisi online tersebut. Adanya hal tersebut menimbulkan dorongan terhadap Kreator Konten untuk melakukan hal positif ketika berada di media sosial, sehingga yang dirasakan oleh para Kreator Konten tersebut adalah efek disinhibisi online jinak.