Anak Berkebutuhan Khusus atau anak disabilitas merupakan anak yang memiliki hambatan baik dari segi fisik maupun psikis, sehingga hal tersebut dapat menghambat proses pertumbuhan serta perkembangannya. Anak disabilitas memiliki perasaan yang sensitif, seperti anak disabilitas yang ada di YPAC Semarang, anak disabilitas disana walaupun tidak semua memiliki perasaan sedih, marah, merasa rendah diri, merasa berbeda dengan anak pada umumnya, dan memiliki penerimaan diri yang kurang baik. Penerimaan diri merupakan suatu sikap individu yang dapat memandang positif dirinya sendiri, dapat menerima dirinya apa adanya, dan dapat memandang positif kelebihan dan juga kelemehannya. Untuk dapat membentuk penerimaan diri pada anak disabilitas diperlukan bantuan bimbingan orang tua dengan tujuan untuk dapat memberikan pemahaman pada anak sekaligus memotivasi anak agar dapat semangat kembali, dengan menggunakan metode atau bentuk bimbingan yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mendeskripsikan penerimaan diri anak disabilitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mngetahui pelaksanaan bimbingan orang tua dalam membentuk penerimaan diri anak disabilitas, dan juga kendala yang dihadapi oleh orang tua.
Peneliti menggunakan jenis metode penelitian kualitatif, pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu, wawancara, observasi dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan peneliti adalah sumber data primer dan sekunder, sumber data primer didapatkan berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua dari anak disabilitas dan anak disabilitas di YPAC Semarang, sedangkan data sekunder berupa data tamabahan dalam bentuk foto
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pelaksanaan bimbingan orang tua dilakukan oleh orang tua masing-masing anak secara langsung, bimbingan orang tua diberikan sesuai dengan tahapan pembentukan penerimaan diri dilalui oleh masing-amasing anak disabilitas, yaitu pada tahap marah, bimbingan yang diberikan berupa, pembiasaan dengan cara tidak pilih kasih dan memberikan nasihat, pada tahap depresi bimbingan yang diberikan berupa komunikasi yang baik, memberikan lingkungan yang nyaman, dan mencari sekolah yang tepat, pada tahap penawaran, bimbingan yang diberikan berupa eksplorasi potensial dan memberikan keteladan, dan yang terakhir pada tahap penerimaan, bimbingan yang diberikan berupa memberikan dukungan.. Untuk kondisi penerimaan diri anak disabilitas di YPAC Semarang, setelah mendapatkan berbagai bimbingan oranh tua yang telah disebutkan di atas, anak disabilitas di YPAC Semarang menjadi dapat menerima diri mereka sendiri, ditandai dengan, mereka sudah bisa menerima diri sendiri apa adanya, mereka memahami jika tidak ada manusia yang sempurna, mereka tidak lagi membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan mereka juga sudah bisa mngaktualisasikan diri mereka dengan baik. Terdapat anak disabilitas yang sebelumnya juga belum memiliki penerimaan diri, hal ini ditandai dengan ia masih sering merasa sedih dengan kondisinya dan membandingkan dirinya dengan anak lainnya. Tetapi dengan dukungan dan juga bimbingan dari orang tua dapat membantu anak dalam membentuk penerimaan diri mereka.