Problem seputar nafkah istri pasca perceraian sering kali menjadi kasus yang tak kunjung usai karena banyak terjadi dari mantan suami yang lalai memenuhi kewajibannya terhadap mantan istrinya,penulis berupaya menggali informasi terkait alasan yang menjadi pertimbangan putusan hakim Pengadilan Agama Demak dalam menetapkan kadar nafkah pada perkara perceraian.
Permasalahan dari masalah ini,1) Apa alasan yang menjadi pertimbangan pengambilan putusan hakim Pengadilan Agama Demak dalam menetapkan kadar nafkah iddah,muth’ah dan madhiyah pada perkara cerai talak ? 2) Bagaimana tinjauan Undang Undang Perkawinan dan hukum islam atas purusan hakim Pengadilan Agama Demak terhadap penempatan kadar nafkah iddah muth’ah, dan madhiyah pada perkara cerai talak ?
Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, oleh karena itu metode penelitian yang digunakan metode penelitian kualitatif, maka data kepustakaan dan dokumen hukum yang berupa bahan-bahan hukum.
Dalam pengambilan putusan kadar nafkah di Pengadilan Agama Demak telah sesuai dengan hukum yang berlaku, Alasan hakim dalam penetapan kadarnya adalah mempertimbangkan kesepakatan kedua belah pihak, Dan ada keterkaitan yang erat yaitu menitik beratkan pada kemampuan suami sebagai acuan utama hakim dalam menentukan kadarnya, hal tersebut sesuai dengan keterangan didalam KHI pasal 80 ayat (4) huruf (a) dan pasal 160 serta sesuai dalam keterangan al-Quran surat at-Talaq ayat 7 dan al-Baqarah ayat 236.