Talak pada umumnya diucapkan secara langsung oleh suami didepan istrinya, sehingga jelas terdengar oleh istri bahwa ia dicerai oleh suaminya. Namun, seiring perkembangan zaman kemajuan teknologi yang canggih, menjadikan manusia dapat berkomunikasi jarak jauh dengan cepat melalui media komunikasi yang terdapat pada perangkat smartphone, hal ini juga mengakibatkan semakin mudahnya talak yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya dengan pesan tertulis melalui media komunikasi. Terdapat perbedaan pandangan hukum talak dengan pesan tertulis melalui media komunikasi antara al-Mawardi dan Ibnu Hazm.
Rumusan permasalahan penelitian ini yaitu, bagaimana metode is}tinba>t} hukum al-Mawardi dan Ibnu Hazm yang digunakan dalam menghukumi talak dengan pesan tertulis melalui media komunikasi, dan bagaimana relevansi talak dengan pesan tertulis melalui media komunikasi menurut al-Mawardi dan Ibnu Hazm dengan konteks perkembangan media komunikasi dalam masyarakat indonesia masa kini. Jenis Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif berupa penelitian kepustakaan (library research), dengan sumber primernya yaitu kitab al-H{a>wī al-kabi>r karya al-Mawardi dan al-Muh{alla> karya Ibnu Hazm, serta data pendukung lain yang berkaitan. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan metode analisis komparatif.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa al-Mawardi menggunakan metode is}tinba>t} hukum‘urf (adat) dalam berpendapat mengenai hukum talak dengan pesan tertulis melalui media komunikasi. Masyarakat pada saat itu dalam menggunakan tulisan adalah sebagai pengganti perkataan sudah menjadi kebiasaan umum, atas dasar metode tersebut, beliau berpendapat bahwa talak melalui media pesan tertulis hukumnya sah, dengan syarat disertai niat saat menulis talak. Beliau sangat mengedepankan niat untuk menentukan hukum suatu permasalahan. Kemudian Ibnu Hazm menggunakan metode is}tinba>t} hukum berupa al-dali>l yang diambil dari nas{s{ al-Qur’an yang memiliki makna tertentu, yang bersumber dari Q.S. Al-Baqarah ayat 229, dalam berpendapat mengenai hukum talak dengan pesan tertulis melalui media komunikasi yang menjelaskan talak dengan bil ih{san (dengan cara yang baik-baik), maka talak dengan tulisan termasuk dalam kategori talak dengan cara yang tidak baik, karena tidak beretika dan tidak menghargai keberadaan istri. Berdasarkan metode tersebut, beliau berpendapat hukum talak dengan pesan tertulis melalui media komunikasi hukumnya tidak sah, talak hanya akan jatuh jika dilafalkan secara langsung. Menurut penulis pendapat Ibnu Hazm yang paling tepat dan relevan digunakan di Indonesia, karena mengingat kondisi perceraian di Indonesia yang termasuk tinggi, maka dengan menerapkan pendapat Ibnu Hazm akan mempersempit dan mempersulit terjadinya talak melalui media pesan tertulis.