Dalam lingkungan masyarakat sering dijumpai konflik antar organisasi pencak silat satu dengan yang lainnya, hal ini memperlihatkan kurangnya toleransi pada pesilat tersebut sehingga banyak menimbulkan keresahan di masyarakat. Ditambah lagi perkembangan teknologi informasi yang dapat dengan mudah seseorang menerima berbagai informasi yang belum tentu benar, sayangnya meluasnya informasi yang tidak diikuti dengan filterisasi informasi juga dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam menerima informasi. Pada kesempatan ini seseorang dapat dengan mudah memecah belah hubungan persaudaraan antara satu pihak dengan pihak lainnya, khususnya dalam dunia organisasi pencak silat. UIN Walisongo juga memiliki berbagai organisasi pencak silat, salah satunya organisasi pencak silat Pagar Nusa. Organisasi ini secara bertahap menjaga dan menjauhkan diri dari berbagai konflik serta mempertimbangkan informasi yang beredar di media massa. Pagar Nusa juga aktif dalam forum diskusi “Ngaji Media” yang memfokuskan serta menekankan pada sikap toleransi antar satu dengan yang lainnya. Penelitian ini menjawab tentang bagaimana penguatan sikap toleransi oleh pelatih pada santri pencak silat Pagar Nusa UIN Walisongo Semarang dengan memanfaatkan YouTube.
Penelitian ini jenisnya kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi dengan fokus penelitian pada penguatan sikap toleransi pada santri pencak silat Pagar Nusa UIN walisongo Seamarang dalam kegiatan diskusi “Ngaji Media”. analisis data menggunakan analisis induktif menurut Erliana Hasan.
Hasil analisa dari penelitian ini, pelatih Pagar Nusa menggunakan kegiatan diskusi “Ngaji Media” untuk memberikan penekanan mengenai pentingnya sikap toleransi agar dapat meminimalisir konflik serta belajar memfilterisasi informasi dengan cara mendoktrin pesilat dalam kegiatan ngaji media agar menghormati setiap hubungan informal yang sudah mereka dapatkan dengan anggota organisasi pencak silat lainnya. Pelatih juga memanfaatkan hubungan informal antar kelompok untuk mempengaruhi sikap toleransi pada pesilat tersebut dengan cara memperkenalkan serta mengajak mereka berteman, membangun hubungan sosial yang informal tanpa melibatkan organisasi, sehingga menciptakan rasa persahabatan yang lebih diatas organisasi. Dengan adanya penekanan sikap toleransi serta hubungan informal yang dibangun, pesilat yang sebelumnya berfikir negatif mengenai organisasi lain kini berubah lebih saling mengerti, menghormati, menerima perbedaan serta tidak berfikir anarkis dalam bertindak