Para wisatawan atau mahasiswa yang ingin melakukan kegiatan Camping, namun tidak memiliki perlengkapan Camping secara pribadi, dikarenakan alat peralatan tersebut relatif mahal, dan jarang digunakan untuk keperluan sehari-hari, sehingga mereka lebih memilih untuk menyewa alat camping saat melakukan perjalanan wisata alam di Semarang..
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji persoalan hukum pada kontrak perjanjian sewa-menyewa terhadap penyelesaian wanprestasi perjanjian sewa-menyewa alat camping yang terjadi di Semarang dan menjelaskan perjanjian sewa menyewa dan penyelesaian wamprestasi di persewaan alat camping di Semarang sudah sesuai dengan hukum perjanjian dan hukum Islam. Penelitian ini termasuk jenis penelitian normatif empiris menggunakan metode pengumpulan data yang di gunakan yaitu metode wawancara, observasi dan dokumentasi dan untuk metode deskriftif analisis dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Praktik perjanjian penyewaan alat camping di Kota Semarang menunjukan bahwa perjanjian yang ditetapkan sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam KUH perdata pasal 1320, namun dalam prakteknya mereka tidak menggunakan surat perjanjian. Penyelesaian kasus-kasus wanprestasi yang dilakukan pihak penyewa pun berbeda-beda. 2) Akad ijarah (perjanjian persewaan) di pihak penyewaan alat camping Kota Semarang sudah sesuai dalam Islam dan sah karena mencakup rukun serta syarat iajarah yang meliputi adanya dua orang yang berakad, terjadinya ijab dan qabul, tersedianya ujrah (upah) dan objek manfaat yang disewakan, dan untuk pengaturan ganti rugi (ta’wid) dalam perihal wanprestasi terhadap penyewa yang melanggar perjanjian sudah sesuai dengan hukum Islam.