Pengangkatan anak dalam Suku Bawean kerap dilakukan oleh pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan ada yang sudah tergolong usia lanjut belum mempunyai keturunan. Dalam Suku Bawean status anak angkat setara dengan anak kandung yang berkewajiban memelihara dan mengurus orang tua angkatnya sebagai orang tua kandungnya sendiri. Dan juga anak angkat mempunyai hak atas kepemilikan harta orang tua angkatnya. Anak angkat memilki hak yang sama dengan anak kandung di Suku Bawean.
Adapun permasalahan di dalam skripsi ini yaitu Bagaimana Pembagian waris anak angkat Suku Bawean dan Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap pembagian waris anak angkat Suku Bawean.
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan yaitu hukum penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang objeknya mengenai gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kelompok masyarakat.. Dengan jenis penelitian kualitatif dengan tipe kajian sosiologi atau antropologi hukum yang mengkaji law as it is in (human) action.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Pembagian waris anak angkat Suku Bawean di desa Kepuh Legundi memiliki tiga kriteria, diantaranya: (a) anak angkat menjadi ahli waris tunggal.,(b) Di tentukan dari hasil musyawarah.,(c) Pembagiannya dibagi rata, Selain dari wasiat serta hibah yang ditinggalkan orang tua angkat. Dalam Tinjauan Hukum islam anak angkat tidak memutus hubungan darah antara anak angkat dengan orang tua kandungnya, Anak angkat tidak ada hak menerima harta warisan dari orang tua angkatnya, sebab anak angkat bukanlah bagian dari ahli waris dari kedua orang tua angkatnya.