Salah satu yang menjadi problematika dalam pelaksanaan sidang di pengadilan adalah rendahnya tingkat keberhasilan dari pelaksanaan mediasi. Mediasi yang seharusnya menjadi salah satu cara dalam mengatasi masalah penumpukan perkara, sebagai cara penyelesaian sengketa yang lebih cepat, murah, dan diharapkan dapat memperluas akses bagi para pihak untuk memperoleh rasa keadilan. Lemahnya sistem pelaksanaan mediasi yang mengakibatkan tidak maksimal. Bagaimana tingkat keefektifan, faktor keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan mediasi di Pengadila Negeri Semarang.
Penelitian yang dilakukan penulis yaitu penelitian yuridis-empiris dengan menggunakan penelitian lapangan dan ditemukan masalah bersifat kualitatif. Kemudian menghasilkan data deskriptif secara tertulis maupun lisan yang kemudian dengan cara mengumpulkan data secara sistematis, memahami dan menyusun data tersebut.
Hasil penelitian ini menemukan pertama, efektifitas pelaksanaanya mediasi dalam perkara wanprestasi masih belum berjalan secara maksimal hal ini disebabkan oleh faktor mediator, pihak-pihak yang bersengketa, dan waktu pelaksanaan. Terbukti bahwa dari 148 kasus mediasi hanya dapat berhasil sebanyak 21 kasus. Kedua, faktor keberhasilan yaitu faktor internal diperoleh dari para pihak yang bersengketa dan Faktor eksternal adalah dari mediator. Faktor kegagalan diantaranya peran mediator yang kurang maksimal, tidak adanya itikad baik dari kedua belah pihak dan tidak maksimalnya waktu yang dapat digunakan.