Komunitas Samin menggunakan Pranata Mangsa berbasis palintangan (ilmu perbintangan) dalam mengetahui jatuhnya musim kemarau dan hujan yang memiliki kaitan erat dengan musim tanam dan tidak berdasarkan pada tahun Masehi seperti pada Pranata Mangsa umumnya. Pranata Mangsa komunitas Samin hanya terdiri dari musim/mangsa ketiga dan rendheng. Kemunculan Bintang/Lintang Luku bagi komunitas Samin menandakan datangnya musim hujan, sedangkan kemunculan Lintang Wuloh menandakan datangnya musim kemarau. Pergantian mangsa juga ditandai dengan perilaku hewan ternak dan peliharaan, perkembangan tumbuhan serta situasi alam sekitar. Mereka juga mengimplementasikan penanggalan Jawa berupa Petangan Jawi untuk bercocok tanam yang dipadukan dengan Pranata Mangsa. Selain itu, komunitas Samin Desa Klopoduwur juga sangat menghindari awal Suro/tompo seren untuk memulai bercocok tanam. Penelitian ini membahas mengenai Implementasi Pranata Mangsa komunitas Samin Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora yang berfokus pada Astronomi dan Ilmu Falak. Adapun rumusan masalahnya yaitu bagaimana analisis Pranata Mangsa komunitas Samin perspektif Astronomi dan Ilmu Falak, implemetasi Pranata Mangsa komunitas Samin dan faktor-faktor yang melatarbelakangi dipertahankannya Pranata Mangsa Komunitas Samin.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan field research berbasis purposive sampling atau keterwakilan sampel. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara mendalam (in dept interview), observasi (observation), dan dokumentasi (documentation). Analisis dilakukan bersamaan dengan penyajian data berdasarkan metode deskriptif- analitik.
Hasil penelitian ini yaitu penentuan awal musim kemarau Pranata Mangsa komunitas Samin dalam perspektif astronomi dapat dikatakan masih sejalan dengan penentuan musim berdasarkan gerak semu tahunan Matahari, sebab sama-sama menggunakan pola edar benda langit sebagai acuannya. Pranata Mangsa komunitas Samin dapat dikategorikan sebagai penanggalan astronomik. Sedangkan
Pranata Mangsa komunitas Samin dalam perspektif ilmu falak tidak bisa dijadikan sebagai penanggalan untuk kegiatan ibadah karena tidak mempunyai nama dari bilangan hari, bulan dan tahun. Bintang sebagai acuan utama penentuan pergantian musim dalam pengimplementasian Pranata Mangsa komunitas Samin, namun disinkronkan dengan Penanggalan Jawa Islam yang menggunakan Bulan sebagai acuan utama penanggalan di dalam perhitungan setiap tahunnya, sehingga Pranata Mangsa komunitas Samin menggunakan sistem Luni-Solar. Sedangkan dalam hal ibadah, penampakan Lintang Wuloh dapat dijadikan untuk mengetahui arah kiblat dengan memanfaatkan azimuth Lintang Wuloh. Selain itu juga bisa dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan Shalat Istisqa yang dilaksanakan dengan tujuan meminta turunya hujan. Beberapa faktor yang melatarbelakangi dipertahankannya Pranata Mangsa di Komunitas Samin, yaitu: faktor penghormatan kepada leluhur, faktor pemahaman keagaman serta faktor kemudahan dan kepastian.