Perjodohan menjadi salah satu upaya yang ditempuh orang tua atau wali dengan mendatangkan pihak ketiga untuk menentukan pasangan yang cocok untuk anaknya. Hal ini bertujuan agar terciptanya keluarga yang harmonis. Tetapi beda halnya perjodohan di Pondok Pesantren Roudlhotut Tholibin Desa Lanji Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal dalam hal ini adanya pemaksaan dari orang tua dalam memilih pasangan melalui perjodohan.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor penyebab perjodohan santri oleh kiai di lingkungan Pondok Pesantren Roulhotut Tholibin Desa Lanji, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap praktik perjodohan pernikahan santri oleh kiai di lingkungan Pondok Pesantren Roulhotut Tholibin Desa Lanji, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian hukum empiris melalui pendekatan yuridis empiris. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengambilan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Informan pada penelitian ini adalah 9 santri yang sudah di jodohkan oleh kiai dari tahun 2017 sampai 2019. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model analisis deskriptif-anlisis.
Adapun hasil penelitiannya menujukkan Faktor penyebab terjadinya perjodohan santri di Pondok Pesantren Roudlhotut Tholibin ada 3 faktor yaitu faktor dari orang tua atau wali santri, faktor dari kiai dan faktor dari santri. Adapun faktor perjodohan dari kiai yaitu karena keinginan kiai supaya santrinya bisa menyebarkan agama di darah asal, serta menghindari dari perbuatan zina. Adapun faktor perjodohan dari orang tua atau wali santri memilihkan pasangan untuk anaknya supaya anaknya memperoleh pasangan yang baik, serta menghindari perbuatan zina, serta kurangnya kepercayaan dengan pasangan pilihan anaknya sendiri. Ada beberapa alasan santri menerima perjodohan dari kiai diantaranya, Ta’dzim terhadap kiai, adanya rasa tidak enak menolak pilihan kiai, adanya paksaan dari orang tua, adanya keyakinan terhadap pasangan yang dipilihkan oleh kiai Menurut hukum islam perjodohan santri di pondok Pesantren Roudlhotut Tholibin boleh dilakukan apabila tidak ada paksaan untuk menikah dari kiai. Yang boleh memaksa untuk menikah yaitu wali mujbir (bapak atau kakek), hal ini sejalan dengan pendapat imam syafi’i. Menurut Mazhab Syafi’i jika penguasa semuanya sepakat menikahkan perempuan tersebut dengan laki-laki yang tidak sekufu’ maka pernikahan akan tetap sah. Sebaliknya, jika ada salah salah satu penguasa yang tidak setuju, maka pernikannya batal atau tidak bisa dilaksanakan hingga semua penguasa menyatakan sepakat. Dengan catatan, apabila ada wali yang sangat dekat dengan perempuan tersebut menyetujui pernikahannya dengan laki-laki yang tidak sekufu’ atas kemauan izin restu kehendak sang perempuan itu sendiri, maka wali perempuan tidak bisa menolak pernikahan tersebut. Karena hak kewalian yang lebih utama adalah yang paling dekat dengan si perempuan, misalnya bapaknya atau kakeknya