Penelitian ini mengkaji keberadaan visum et repertum yang digunakan sebagai alat bukti dalam perkara tindak pidana kekerasan terhadap orang ketika proses pembuktian dipersidangan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah visum et repertum selalu dapat mempengaruhi hakim dalam pertimbangannya saat menjatuhkan putusan terhadap terdakwa. Sehingga tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui kedudukan dan kekuatan visum et repertum yang dijadikan sebagai alat bukti dalam tindak pidana kekerasan terhadap orang.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif sehingga jenis data dalam penulisan ini menggunakan sumber data sekunder. Data sekunder tersebut meliputi bahan hukum primer berupa Putusan No.52/Pid.B/2021/PN.Krg. dan peraturan perundang-undangan, bahan hukum sekunder berupa buku-buku tentang pembuktian dan bahan hukum tersier sebagai penjelas dalam penelitian ini.
Hasil dari penelitian adalah pertama, visum et repertum memiliki kedudukan sebagai pengganti corpus delicti dan sebagai alat bukti surat dan keterangan ahli dengan dasar hukum pasal 184 ayat (1) KUHAP. Kedua, Visum et repertum memliki kekuatan sebagai alat bukti yang menguatkan alat bukti yang lain. Oleh karena itu, visum et repertum mampu menjadi alat bukti yang kuat dan menguatkan namun visum tidak dapat menjadi alat bukti yang paling penting dan tidak dapat berdiri sendiri.