Analisis penetapan kriteria qaṭʻi ru’yah Nahdlatul Ulama : studi terhadap hasil keputusan Rakernas LF PBNU di Bandung tahun 2022
Zulfa, Faizatuz (2023) Analisis penetapan kriteria qaṭʻi ru’yah Nahdlatul Ulama : studi terhadap hasil keputusan Rakernas LF PBNU di Bandung tahun 2022. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
2102048005_Faizatuz Zulfa_Full Tesis - Faizatuz Zulfa.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (2MB)
Abstract
Sidang Komisi baḥsul masāīl ad-dīniyyah al-waqi’iyah Muktamar NU ke-34 di Lampung pada tahun 2021 menetapkan tiga hal terkait posisi ilmu falak dalam penentuan waktu. Pertama, imkān al-ru’yah menjadi syarat penerimaan kesaksian melihat hilal, apabila terdapat lima metode falak qaṭʻi yang berbeda menetapkan bahwa hilal terlihat. Kedua, hukum ru’yah al-hilāl tidak lagi farḍu kifayah atau sunnah apabila menurut ilmu falak hilal masih dibawah ufuk. Ketiga, apabila menurut perhitungan ilmu falak istikmāl menyebabkan umur bulan berikutnya hanya 28 hari, maka ilmu falak dapat dijadikan pedoman untuk membatalkan istikmāl. Menindaklanjuti hasil Muktamar tersebut, LF PBNU mengadakan Rapat Kerja Nasional di Bandung pada tanggal 9 sa,pai 11 Desember tahun 2022 dan memutuskan kriteria Qaṭʻi Ru’yah Nahdlatul Ulama berupa elongasi 9,9 derajat.
Studi ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan: (1) Bagaimanakah istinbaṭ hukum penetapan kriteria Qaṭʻi Ru’yah Nahdlatul Ulama terkait pelaksanaan ru’yah al-hilal ? (2) Bagaimana penetapan kriteria Qaṭ’i Ru’yah Nahdlatul Ulama terkait pelaksanaan ru’yah al-hilal dalam perspektif Astronomi?. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara dan dokumentasi. Untuk analisis data digunakan metode deskriptif analitis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Istinbat hukum untuk meniadakan istikmāl adalah diperbolehkan dengan syarat hasil dari lima hisab kontemporer menunjukkan hilal berada di posisi yang tinggi. Untuk penerapan kriteria QARNU digunakan kaidah Lā Yajūzu Ta’khir al-Bayān ’an Waqt al-Ḥājah (tidak diperkenankan memperlambat penjelasan hukum dari waktu yang memang sangat dibutuhkan). (2) Berdasarkan perhitungan secara astronomis, elongasi 9,9 derajat sudah menunjukkan posisi hilal tinggi. Pada saat hilal sudah qaṭʻi, maka fase pencahayaan bulan dan lebar bulan akan berkorelasi dengan elongasi, sehingga faktor tinggi tidak lagi dominan dalam ketampakan hilal. Sejatinya kriteria qaṭʻi ru’yah itu dijadikan landasan untuk menjaga agar umur bulan itu diantara 29 dan 30 hari, yang sementara mengerucut pada angka 9,9 derajat untuk parameter atas ketampakan hilal.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Qaṭʻi ru’yah; Nahdlatul Ulama; Rukyat; Awal bulan kamariah |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.2 Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam > 297.26 Islam and secular disciplines > 297.265 Islam and natural science (Incl. Islamic Astronomy/Ilmu Falak) |
Divisions: | Program Pascasarjana > Program Master (S2) > 50102 - Ilmu Falak (S2) |
Depositing User: | Wati Rimayanti |
Date Deposited: | 02 Sep 2024 02:23 |
Last Modified: | 02 Sep 2024 02:23 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/23394 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year