Penelitian ini membahas tentang praktik zakat pertanian yang dilakukan oleh seorang kyai di Kecamatan Tanggungharjo, yang memiliki latar belakang pertama, sebagian petani kyai masih ada yang tidak membayar zakat meskipun hasil panen telah mencapai nishabnya yaitu 635kg. Kedua, dalam penyaluran zakat rata-rata dilakukan secara mandiri kepada tetangga atau saudara terdekat saja. Maka dari itu penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut, dan harus diperhatikan secara serius baik berdasarkan hukum Islam mengenai syarat dan ketentua zakat pertanian. Ketiga, dalam perhitungan kadar zakat masih ada yang mengeluarkan zakat hanya berdasarkan perkiraan saja.
Penelitian ini memiliki dua rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimana praktik zakat pertanian pada kalangan kyai di Kecamatan Tanggungharjo? 2) Bagaimana tinjauan hukum Islam pada parktik zakat pertanian kyai di Kecamatan Tanggungharjo?
Metode penelitian ini adalah kualitatif yang mana sifatnya adalah field research atau terjun ke lapangan dengan sumber data primer yang digunakan adalah wawancara oleh para informan, yang kemudian nantinya data tersebut diolah dan dipadukan dengan data sekunder yang berasal dari jurnal, dokumen, dan penelitian sebelumnya. Penelitian disini menggunakan pendekatan induktif, yang mana prosedur penelitian menekankan pada proses serta makna tindakan yang bisa dilihat secara menyeluruh seperti tempat serta waktu berhubungan pada faktor penting yang mesti diperhatikan. Analisis data yang digunakan dengan cara editing, organizing, analyzing.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pertama, parktik zakat pertanian di Kecamatan Tanggungharjo pada sebagian petani kyai tidak mengeluarkan dengan beberapa alasan, diantaranya terdapat petani yang menganut pemikiran dari Syafi’I bahwa zakat pertanian hanya berlaku pada makanan pokok saja, maka hasil tanaman selain padi tidak wajib di zakati, lalu ada juga yang beranggapan bahwa tidak wajib berzakat dikarenakan di Indonesia sudah ada ketentuan pajak yang mana bisa meringankan kewajiban zakat. Kedua, meskipun rata-rata petani menyalurkan zakatnya secara mandiri, Kedua, dalam tinjauan hukum Islam pada praktik zakat pertanian di Kecamatan Tanggungharjo meninjau bahwa topik-topik serta permasalahan belum seluruhnya termuat sesuai dengan syariat Islam, karena dalam hasil pertanian tetap wajib dizakati ketika sudah mencapai nishab nya yaitu 635kg, dan zakat diwajibkan karena hasil pertanian bersifat ekonomis atau sebagai mata pencaharian ladang usaha. Lalu dari segi kadar zakat, dalam syariat Islam terdapat ketentuan sebesar 5% zakat untuk pengairan tadah hujan, dan 10% untuk pengairan irigasi, jadi apabila petani mengeluarkan zakat sebesar 10% tanpa memerhatikan jenis pengairan maka hukumnya boleh, karena sudah melebihi ketentuan zakat. Dalam penyaluran juga sah karena dalam syariat Islam diatur adanya 8 golongan yang berhak menerima zakat, dan petani dalam penyalurannya sudah mempertimbangkan mustahiq yang berhak mendapatkan zakat.pemberian zakat tetap memperhatikan pantas atau tidaknya mustahiq dapat menerima zakat, hal ini dilihat dari segi kemampuan ekonominya, selain itu para petani juga menyalurkan zakat di masjid atau mushola baik untuk shodaqoh atau pembangunan masjid atau mushola. Ketiga, terdapat dua kriteria cara petani kyai dalam menentukan kadar zakat, yaitu dengan perkiraan saja, dan mematok kadar zakat sebesar 10% tanpa memperhatikan jenis pengairannya, meski hanya berdasarkan perkiraan, namun setelah dihitung kembali perkiraan tersebut sudah bernilai ketentuan zakat.