Politik dinasti di tingkat desa: studi keluarga H. Duklam sebagai kepala desa (1990-2020) di Desa Kutayu Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes
Permana, Rizky Septi (2023) Politik dinasti di tingkat desa: studi keluarga H. Duklam sebagai kepala desa (1990-2020) di Desa Kutayu Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Skripsi_1906016108_Rizky_Septi_Permana.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (1MB)
Abstract
Fenomena politik dinasti bukan sesuatu yang baru di Indonesia pasalnya fenomena ini masih terus mewarnai dunia elektoral di Indonesia baik pada tingkat nasional maupun lokal. Dewasa ini politik dinasti tidak hanya terjadi di tingkat lokal melainkan sudah merebah sampai tingkat desa, seperti yang terjadi di Desa Kutayu Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes yang sejak tahun 1990-2020 atau selama empat periode pemerintahan desa dikuasai oleh keluarga H. Duklam. Politik dinasti terjadi ketika satu anggota keluarga menduduki jabatan politik yang diduduki oleh anggota keluarga sebelumya atau melanjutkan jabatan yang sama dengan anggota keluarga sebelumnya. Pada penlitian ini akan memfokuskan pada dua ranah yakni terkait bertahannya kekuasaan yang dijalankan oleh dinasti H. Duklam dan modal apa aja yang dimiliki dan digunakan dalam mempertahankan kekuasaannya dan yang akan menjadi pertanyaan dalam penelitian ini yakni, mengapa dinasti H. Duklam dapat menguasai politik dan pemerinahan Desa Kutayu selama empat periode (1990-2020).
Untuk mengkaji bertahannya kekuasaan dinasti H. Duklam atau praktik politik dinasti yang ada di Desa Kutayu akan dianalisis menggunakan teori Struktural Genetis yang di gagas oleh Pierre Bourdieu yakni, Habius, Modal dan Arena. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara secara mendalam dengan Kepala Desa Kutayu, H. Nurrohman, H Nasroh, tokoh masyarakat dan warga asli Desa Kutayu dan data sekunder berupa berupa jurnal, dokumen, dan berita yang berkaitan dengan topik penelitian. Data hasil penelitian akan dianalisi dengan tiga tahap yakni reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan/verifikasi.
Hasil dari penelitian ini bahwa habitus yang dimiliki dinasti H. Duklam dapat membantu dalam mempertahankan kekuasaannya di Desa Kutayu, yakni berupa sikap yang dimiliki, nilai-nilai yang dianut, seperti nilai kepemimpian dan nilai kebaikan yang dimiliki oleh keluarga dinasti yang membuat masyarakat desa masih percaya terhadap kepemimpinan dinasti H. Duklam. Selain karena habitus yang dimiliki keluarga dinasti habitus juga datang dari kondisi masyarakat yang mendukung bertahannya kekuasaan dinasti H. Duklam yakni, tingkat pendidikan masyarakat, hubungan kekerabatan, dan hubungan patron klient. Kemudian dalam melanggengkan kekuasannya keluarga dinasti memainkan modal yang ia miliki berupa modal ekonomi yang berbentuk kepemilikan sawah, tanah, harta benda, alat produksi dan tenaga kerja, modal sosial berupa jaringan kekeluargaan yang luas, modal simbolik berupa kepopuleran nama besar keluarga, dan modal budaya berupa pengalaman yang dimiliki. Arena yang dimainkan oleh dinasti H. Duklam berupa arena ekonomi, yakni kelas sosial ekonomi yang dimiliki oleh keluarga dinasti. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat dikatakan bahwa bertahannya politik dinasti di Desa Kutayu juga didukung oleh kondisi sosial masyarakat yang dapat melanggengkan kekuasaan dinasti H. Duklam.
ABSTRACT:
The phenomenon of dynastic politics is not something new in Indonesia because this phenomenon continues to color the electoral world in Indonesia both at the national and local levels. Nowadays, dynastic politics does not only occur at the local level but has spread to the village level, as happened in Kutayu Village, Tonjong District, Brebes Regency, where from 1990-2020 or for four periods the village government was controlled by the H. Duklam family. Dynastic politics occurs when one family member occupies a political position occupied by a previous family member or continues the same position as a previous family member. This research will focus on two domains, namely related to the persistence of power exercised by the H. Duklam dynasty and what capital it owned and used to maintain its power and the question that will be asked in this research is, why the H. Duklam dynasty was able to dominate politics and government. Kutayu Village for four periods (1990-2020).
To examine the persistence of the power of the H. Duklam dynasty or the political practices of the dynasty in Kutayu Village, it will be analyzed using the Genetic Structural theory initiated by Pierre Bourdieu, namely, Habius, Capital and Arena. The method used in this research is a qualitative research method with a case study approach. Primary data sources were obtained from in-depth interviews with the Head of Kutayu Village, H. Nurrohman, H Nasroh, community leaders and native residents of Kutayu Village and secondary data in the form of journals, documents and news related to the research topic. The research data will be analyzed in three stages, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions/verification.
The results of this research show that the habitus of the H. Duklam dynasty can help maintain its power in Kutayu Village, namely in the form of the attitudes it has, the values it adheres to, such as the values of leadership and the values of goodness possessed by the dynasty's family which makes the village community still believe in it. towards the leadership of the H. Duklam dynasty. Apart from the habitus of the dynasty's family, the habitus also comes from the conditions of society that support the survival of the H. Duklam dynasty's power, namely, the level of community education, kinship relationships and patron-client relationships. Then, in perpetuating its power, the dynastic family plays with the capital it has in the form of economic capital in the form of ownership of rice fields, land, property, means of production and labor, social capital in the form of an extensive family network, symbolic capital in the form of the popularity of the family's big name, and cultural capital in the form of experience you have. The arena played by the H. Duklam dynasty was the economic arena, namely the socio-economic class belonging to the dynasty family. Based on the research results above, it can be said that the persistence of dynastic politics in Kutayu Village is also supported by the social conditions of the community which can perpetuate the power of the H. Duklam dynasty.
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Politik Dinasti; Pemilihan kepala desa; Pierre Bourdieu |
Subjects: | 300 Social sciences > 320 Political science (Politics and government) > 324 The political process |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Politik > 67201 - Ilmu Politik |
Depositing User: | Miswan Miswan |
Date Deposited: | 21 Aug 2024 06:22 |
Last Modified: | 21 Aug 2024 06:22 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/23512 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year