Komunikasi terapeutik konselor dalam mengembangkan keterbukaan diri (self disclosure) anak korban kekerasan seksual di pusat pelayanan terpadu (PPT) Jayandu Widuri Pemalang
Mahardika, Dewi (2023) Komunikasi terapeutik konselor dalam mengembangkan keterbukaan diri (self disclosure) anak korban kekerasan seksual di pusat pelayanan terpadu (PPT) Jayandu Widuri Pemalang. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
1901016038_Dewi Mahardika_Skripsi Lengkap.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (1MB)
Abstract
Tidak semua individu mampu menceritakan sesuatu secara terbuka, terutama bagi individu yang mengalami kekerasan seksual. Keterbukaan diri (self disclosure) anak korban kekerasan seksual menjadi hal penting dalam konseling. Keterbukaan diri klien dapat dikembangkan melalui komunikasi terapeutik yang diterapkan konselor kepada klien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang diterapkan oleh konselor yang bertujuan membangun hubungan kerja sama dan saling percaya sehingga mempercepat proses pemulihan klien. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala, konselor, dan anak korban kekerasan sesual di PPT Jayandu Widuri, sedangkan sumber data sekunder penelitian ini adalah data dari buku, jurnal, maupun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Rumusan masalah penelitian ini adalah 1) Bagaimana keterbukaan diri anak korban kekerasan seksual di PPT Jayandu Widuri Pemalang?, 2) Bagaimana komunikasi terapeutik konselor dalam mengembangkan keterbukaan diri anak korban kekerasan seksual di PPT Jayandu Widuri Pemalang?. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Pertama, keterbukaan diri (self disclosure) anak korban kekerasan seksual di PPT Jayandu Widuri Pemalang sebelum mendapatkan komunikasi terapeutik termasuk kurang baik, ditandai dengan memiliki perasaan ketakutan yang berlebihan, merasa malu (rendah diri), tidak percaya diri (pesimis), dilanda kecemasan, dan menarik diri dari lingkungan dan tidak mampu menyesuaikan diri. Kedua, komunikasi terapeutik di PPT Jayandu Widuri dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu verbal dan non verbal dengan metode langsung (percakapan pribadi dan kunjungan rumah) dan metode tidak langsung (melalui telepon). Adapun teknik komunikasi terapeutik yang diterapkan berupa mendengarkan, tidak menghakimi, memberikan motivasi, mengajak meluapkan emosi. Sedangkan tahapan komunikasi terapeutik yang dilakukan terdiri dari pra-interaksi, orientasi, kerja dan terminasi. Konselor berusaha menerapkan prinsip komunikasi terapeutik qaulan baligha, qaulan, layyina, dan qaulan maysura. Komunikasi terapeutik yang diterapkan cukup mendukung konselor dalam mengembangkan keterbukaan diri (self disclosure) anak korban kekerasan seksual yang ditandai mampu menyesuaikan diri (adaptive), lebih percaya diri sendiri, mulai merasa tenang, lebih mampu bersikap positif, mulai aktif berinteraksi dengan lingkungan dan terbuka.yang ditandai mampu menyesuaikan diri (adaptive), lebih percaya diri sendiri, mulai merasa tenang, lebih mampu bersikap positif, mulai aktif berinteraksi dengan lingkungan dan terbuka
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Komunikasi Terapeutik; Self Disclosure; Kekerasan Seksual Terhadap Anak |
Subjects: | 300 Social sciences > 305 Social groups > 305.2 Age group 300 Social sciences > 305 Social groups > 305.4 Women |
Divisions: | Fakultas Dakwah dan Komunikasi > 70232 - Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) |
Depositing User: | Umar Falahul Alam |
Date Deposited: | 10 Sep 2024 07:58 |
Last Modified: | 10 Sep 2024 07:58 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/23955 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year