Televisi adalah media massa elektronik yang memiliki peran penting dalam masyarakat, salah satunya dalam dakwah. Televisi memiliki karakteristik yang membuatnya efektif untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah, yaitu mampu menjangkau khalayak yang luas dan berpengaruh terhadap khalayak. Salah satu program televisi dakwah adalah program Iqro di Batik TV Kota Pekalongan. Program ini bertujuan untuk mengajak anak-anak belajar mengaji di Tempat Pendidikan Al-Quran (TPQ). Proses produksi program Iqro terdiri dari lima aspek di dalamnya yaitu melalui pematangan materi produksi, sarana produksi, biaya produksi, organisasi pelaksana produksi dan tahapan produksi. terdiri dari empat tahapan, yaitu praproduksi, set up dan rehearsal, produksi, dan pascaproduksi. Namun, dalam proses produksinya, terdapat beberapa permasalahan, seperti kurangnya evaluasi bentuk program yang bersifat monoton di setiap episodenya. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis proses produksi program Iqro untuk meningkatkan kualitas program tersebut. Analisis proses produksi dapat membantu mengidentifikasi dan memperbaiki hal-hal yang perlu diperbaiki dalam proses produksi program televisi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pendekatan deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses produksi program Iqro di Batik TV Kota Pekalongan. Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan pimpinan redaksi, kru dan pimpinan di bidang feature, serta observasi proses produksi program Iqro. Data sekunder dikumpulkan melalui studi dokumen, yaitu buku SOP dari Batik TV. Analisis data menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman. Proses analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Proses produksi program Iqro di Batik TV memiliki beberapa aspek yang perlu ditingkatkan. Pada aspek materi produksi, penayangan materi pada sesi pertama kurang relevan terhadap tujuan program, sedangkan materi pada sesi kedua sesuai dengan target audiens. Variasi game yang dimainkan dalam sesi ketiga perlu ditingkatkan. Pada aspek sarana produksi, Penggunaan anggaran dapat dikelola tergantung dengan orientasi program. Sedangkan pada orientasi pelaksana produksi, dinilai masih bersifat fleksibel berkaitan dengan peran dalam proses produksi. Lalu aspek yang terakhir pada tahapan produksi yaitu Mengalami keterbatasan waktu produksi, peran ganda dalam prosesi produksi, sering kali mendapatkan momen kebisingan, dan evaluasi yang terlalu lama.