Perceraian orang tua dan stigma negatif menjadi sebuah problematika yang mempengaruhi perilaku self esteem padaremaja broken home. Adanya perpecahan dalam rumah tangga menjadikan anak memiliki kecemasan pada psikisnya, hal tersebut berpengaruh pada pembentukan self esteem yang mengakibatkan remaja broken home takut bertemu orang baru, menarik diri dari orang lain, takut mencoba hal baru, sulit berinteraksi dan mencuri. Problematika tersebut membutuhkan cara dalam menangani rendahnya self esteem yaitu dengan layanan konseling individu. Jenis penelitianl ini adalahl kualitatif deskriptifl dengan pendekatanl studi lkasus. Teknik pengumpulanl data menggunakan metode lobservasi, wawancara danl dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses konseling individu dalam mebentuk self esteem remaja broken home. Hasill penelitian menunjukkan: Pertama, proses konseling individu yang diberikan menggunakan tiga tahapan yaitu, tahap awal konseling yang meliputi membangun hubungan baik, mendefinisikan masalah, identifikasi masalah dan kontrak perjanjian. Tahap kerja meliputi memfokuskan masalah dan menentukan bantuan yang akan diberikan. Tahap akhir meliputi menurunnya kecemasan klien dan adanya perubahan perilaku dan sikap positif. Kemudian metode dan teknik yang digunakan yaitu, metode interview, client centered, direvtive counseling. Teknik yang diterapkan yaitu, teknik attending, empati, refleksi, interpretasi, paraphrasing, perumpamaan dan journaling. Kedua, terdapat perubahanl perilaku konseli yang semula menarik diri dari lingkungan, mudah tersinggung, suka menyendiri, menundukkan kepala ketika berjalan dan berkomunikasi, emosi tidak stabil, suka mengadu domba, mencari perhatian, berani sama ibunya, mencuri, egois, takut bertemu orang baru, takut mencoba hal baru, mudah menangis dan tertutup. Dapat terlihat perubahan seperti mulai berbaur dengan temannya, lebih ekspresif dan sudah jarang menyendiri, mau berusaha belajar agar tidak mudah tersinggung, mau menatap lawan bicaranya, sedikit bisa mengontrol emosi, menyadari perbuatannya.