Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya isu pengulangan haji yang mengakibatkan antrean semakin panjang. Persoalan waiting list yang semakin panjang merupakan masalah sosial yang didalamnya terjadi antrean antara jamaah satu dengan jamaah lainnya yang masa tunggu sampai sekarang mencapai puluhan tahun. Masa tunggu yang semakin panjang menjadi tugas pemerintah dalam memberikan solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan ini.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pandangan ulama Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, IPHI dan MUI Kabupaten Demak mengenai takraralhajj dan mendeskripsikan motif dari jamaah yang melakukan takraralhajj. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan pendekatan studi lapangan yang metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam rumusan masalah pertama mendapatkan jawaban bahwa perwakilan ulama dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, MUI Kabupaten Demak mengatakan boleh melakukan pengulangan namun dengan catatan tidak memakai kuota orang lain. Artinya jamaah yang mengulang hajinya diperbolehkan selama tidak mengganggu kuota orang lain dan memberikan kesempatan kepada jamaah mampu yang belum pernah menunaikan ibadah haji sebelumnya. IPHI Kabupaten Demak menegaskan bahwa sangat memperbolehkan ibadah secara berulang kali terkhusus untuk ibadah haji. Bahkan ulama IPHI sepakat dengan ucapan Mbah Maemon Sarang, bahwasanya ibadah haji kalo bisa dapat dilakukan secara berulang kali, pembaharuan seperti halnya pembaharuan SIM.