Konversi agama sering terjadi di Indonesia. Di Indonesia, perpindahan agama yang cukup pesat adalah peralihan dari agama non-Islam ke Islam dimana orang yang berpindah agama disebut mualaf. Mualaf pasti membutuhkan bimbingan agar tidak bingung saat masuk Islam. Betapa banyak penelitian yang membahas tentang mualaf tetapi belum memberi pembahasan mengenai motivasi beribadah yang dilakukan oleh mualaf, sehingga inilah yang menjadi ruang bagi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Demikian pula kondisi di Dusun Suking yang menjadi lokasi penelitian, permasalahan terhadap keberagamaan mualaf menghantarkan pada pertanyaan peran dari seorang penyuluh agama Islam dalam memberikan motivasi beribadah kepada para mualaf di wilayah tersebut, sehingga di dapati peningkatan kualitas beribadah darinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian kualitatif. Dengan model pembahasan deskriptif serta pendekatan fenomenologis dengan sumber data primer menggunakan purposive sampling. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peran penyuluh agama Islam dalam memotivasi beribadah mualaf di Dusun Suking Desa Sumberejo Kabupaten Kendal. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penyuluh agama Islam memiliki tiga peran dalam membentuk motivasi beribadah pada mualaf yang di nilai dari dua aspek meliputi: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Karena seorang mualaf yang baru menjadi seorang muslim masih terbatas ilmu agamanya, maka mualaf membutuhkan motivasi beribadah agar mereka menjadi seorang muslim yang kaffah tidak kembali lagi pada agama yang dulu. Mereka membutuhkan sumber motivasi baik yang bersumber dari dalam diri sendiri maupun bersumber dari luar yaitu penyuluh agama. Oleh karena itu pentingnya peran dari seorang penyuluh untuk bisa membentuk motivasi baik dari segi intrinsik maupun ekstrinsik. Adapun tiga peran penyuluh yang menjadi indikator dalam memotivasi beribadah yaitu pertama, peran sebagai motivator adalah untuk menggerakan mualaf yang awalnya belum memiliki niat yang kuat untuk shalat semata karena Allah dan masih malas-malasan kemudian dengan adanya peran penyuluh mampu menggerakan mualaf untuk menumbuhkan niat beribadah semata karena Allah. Kedua, peran sebagai fasilitator adalah untuk memfasilitasi para mualaf dalam memperoleh wawasan tentang Islam dari yang awalnya mualaf kesusahan untuk belajar mengenai agama Islam kemudian dengan adanya peran sebagai fasilitator penyuluh agama memberikan ruang dan waktu bagi mualaf yang ingin berkonsultasi untuk meningkatkan pengetahuan agama Islam baik di rumah maupun di kantor. Ketiga, peran sebagai katalisator adalah utuk membawa perubahan pada mualaf kearah lebih baik lagi dalam hal perilaku. Dari yang awalnya mualaf tidak rajin shalat menjadi lebih rajin setelah paham tata caranya shalat, dari yang awalnya mualaf tidak mengaji menjadi lebih sering mengaji karena sudah bisa membaca Al Quran. Kemudian bentuk motivasi intrinsik yang dilakukan oleh penyuluh dilihat dari penyuluh dalam memberikan bimbingan agama kepada mualaf dengan menggunakan metode ceramah yang bertujuan untuk menumbuhkan motivasi beribadah mualaf. Adanya dorongan atau motivasi berupa rasa ingin tahu dari mualaf akan membangkitkan minat untuk membaca, belajar, dan menuntut ilmu. Motivasi yang ditunjukkan oleh mualaf ini adalah bentuk dari upaya mualaf untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya khususnya dalam hal beribadah.