Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan kehidupan sehari-harinya di jalanan. Anak jalanan berpotensi memiliki kecerdasan emosional yang rendah mendorong mereka untuk bersikap agresif tanpa berpikiran panjang akibat paparan kekerasan dan juga ketidakmampuan dalam memahami diri. Hal tersebut diatasi melalui bimbingan dan konseling Islam yang melibatkan teknik assertive training dan juga dakwah irsyad untuk memberikan bantuan dan penyuluhan bagi anak jalanan untuk mengembangkan kemampuan diri, mulai dari kemampuan komunikasi, bersosialisasi dan lainnya. Rumusan masalah 1) Bagaimana penerapan teknik assertive training dalam meningkatkan kecerdasan emosional anak jalanan di Roemah Tawon. Jenis dan pendekatan penelitian ini kualitatif melalui studi kasus (case study) dengan menggunakan analisis deskritif. Pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi dan observasi terhadap pola penerapan teknik Assertive Training dalam bimbingan konseling di Roemah Tawon. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Roemah Tawon Tangerang sebagai lembaga yang menjadi sarana dcalam penerapan teknik Assertive Training melalui konseling kelompok mampu membentuk kecerdasan emosional para anak jalanan. Program konseling kelompok dengan teknik Assertive Training ini mampu mengembangkan kecerdasan emosional anak jalanan, melalui tahap awal kelompok, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran. Setiap tahapan melibatkan adanya program konseling bedah hati dan juga sembilan tradisi Roemah Tawon melalui teknik Assertive Training. Konselor berupaya menerapkan teknik ini dengan memberikan kalimat afirmasi, memberikan motivasi, mengajarkan keterampilan mendengarkan dan juga memberikan pemahaman kepada anak jalanan untuk mampu berperilaku asertif. Hasil penerapan teknik Assertive Training menghasilkan perubahan yang signifikan pada anak jalanan yang sebelumnya bertindak agresif dan berkata kasar, kesulitan dalam bergaul, mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar dan juga kebiasaan mudah menyerah. Hal ini dibuktikan oleh beberapa anak jalanan yang mengalami perubahan signifikan, IR yang berubah di tahap kegiatan menjadi mampu memberikan pendapat dalam pemecahan masalah. Selain itu, PTR yang berubah di tahap peralihan menjadi nyaman dalam menjalankan proses konseling, RRN berubah di tahap kegiatan setelah diberikan kalimat motivasi dan afirmasi. Terakhir, perubahan terjadi pada AND di tahap awal setelah diberikan penjelasan terkait larangan berbicara kasar dan juga belajar mengontrol emosi selama proses konseling kelompok. Maka, dapat diketahui anak jalanan mampu berperilaku lebih baik, positif, mampu berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, berpikir secara matang, rasa percaya diri yang tinggi dan juga mampu mengontrol emosinya dengan baik melalui konseling kelompok.