Resiliensi adalah kapasitas kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat menghadapi, mencari solusi dan menyelesaikan suatu masalah yang membuatnya merasa sulit, tertekan dan stres serta mampu bangkit dan berkembang untuk melajutkan hidupnya kembali. Resiliensi karyawan yang ter-PHK adalah kemampuan karyawan dalam beradaptasi pada peristiwa pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan, sehingga mampu beradaptasi, bertahan, dan bangkit dari kejadian tersebut yang akhirnya menemukan jalan keluar dengan menjadi diri yang lebih baik melalui pengalaman-pengalaman yang dimiliki. Resiliensi memegang peranan penting pada kehidupan individu karena resiliensi merupakan faktor esensial bagi kesuksesan dan kebahagiaan. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiliensi pada karyawan perusahaan X di Jawa Tengah yang ter-PHK. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yang sebelumnya merupakan karyawan tetap perusahaan X di Jawa Tengah. Subjek berusia minimal 30 tahun dengan masa kerja lebih dari 2 Tahun. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Hasil temuan penelitian ini menggambarkan bahwa keempat karyawan PHK dari perusahaan X di Jawa Tengah mampu menggapai resiliensi berdasarkan tujuh aspek yang menjadi indikator, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, efikasi diri, causal analysis dan reaching out. Saat ini keempat subjek telah mampu menerima, bangkit dan menemukan peluang dari situasi sulit pasca PHK. Faktor religiusitas yakni gratitude atau kebersyukuran terbukti memengaruhi resiliensi karyawan. Selain itu, legowo yang dalam Bahasa Jawa berarti ikhlas dan pasrah juga memengaruhi resiliensi karyawan PHK. sehingga ditemukan bahwa faktor religiusitas dan faktor budaya juga turut memengaruhi resiliensi.