Remaja yang mengalami perceraian orang tua seringkali mengalami gangguan dalam kesejahteraan psikologisnya. Kesejahteraan psikologis, yang juga dikenal sebagai psychological well-being, mencakup kemampuan individu untuk menerima masa lalu, menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri, serta menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk secara empiris menguji dampak pemaafan dan persepsi dukungan sosial yang dirasakan terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja yang mengalami perceraian orang tua. Sampel penelitian terdiri dari 68 subjek yang dipilih melalui metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan mengukur tiga variabel: pemaafan, persepsi dukungan sosial, dan kesejahteraan psikologis. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari pemaafan terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja yang orang tuanya bercerai, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 dan kontribusi sebesar 16,9%. Hasil analisis regresi sederhana juga menunjukkan bahwa persepsi dukungan sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja yang mengalami perceraian orang tua, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 dan kontribusi sebesar 52,3%. Selanjutnya, hasil analisis regresi berganda mengindikasikan bahwa baik pemaafan maupun persepsi dukungan sosial memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja yang orang tuanya bercerai, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 dan kontribusi sebesar 54,5%.