Penentuan arah kiblat di pemakaman Desa Wonorejo dilakukan secara sederhana. Masyarakat dan tokoh agama setempat menggunakan metode perkiraan (taqribi) dengan mengikuti makam-makam terdahulu dan hanya menghadap ke barat saja. Hal ini memungkinkan arah kiblat pemakaman tersebut kurang tepat. Padahal mayoritas warga negara Indonesia penganut madzhab Asy-Syafi’iyyah, yang menghukumi wajib menghadapkan jenazah arah kiblat. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan dua rumusan masalah, sebagai berikut:1) Bagaimana penentuan arah kiblat pemakaman di Desa Wonorejo? 2) Bagaimana pendapat tokoh agama tentang penentuan arah kiblat pemakaman di Desa Wonorejo?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berfokus kajian lapangan (field research). Data primer pada penelitian ini didapat dengan cara wawancara dan observasi di pemakaman desa Wonorejo. Sedangkan data sekunder penulis peroleh dari buku-buku,jurnal. Data dikumpulkan melalui metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode deskriptif analisis.
Penelitian ini menghasilkan dua temuan. Pertama, bahwa selama ini menurut masyarakat dan tokoh agama di Desa Wonorejo menganggap bahwa arah kiblat pemakaman hanya menghadap ke barat saja, dan pada kenyataannya di pemakaman desa Wonorejo terjadi kemelencengan sekitar 9° sampai 16° kea rah barat laut. Kedua, para tokoh agama di Desa Wonorejo menganggap bahwa menghadapkan jenazah ke arah kiblat hanya anjuran, akibatnya banyak makam yang tidak sesuai arah kiblatnya. Dan menurut para tokoh agama di Desa Wonorejo kalaupun ada kemelencengan arah kiblat, tidak menjadi masalah.