Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan bimbingan agama melalui ta’limah dalam membentuk kepercayaan diri difabel tunanetra dan mendeskripsikan kondisi kepercayaan diri difabel tunanetra di Majelis Pengajian Difabel Kota Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan model pembahasan deskriptif yang menggunakan pendekatan fenomenologis. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah pengurus majelis, pembimbing agama, orang terdekat tunanetra dan jamaah tunanetra Majelis Pengajian Difabel Kota Semarang dengan kriteria jamaah yang sehat baik fisik maupun psikisnya, mampu menjawab pertanyaan dengan baik, dan berdasarkan klasifikasi tunanetra berdasarkan waktu yakni tunanetra bawaan atau non bawaan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis dan menguji keabsahan data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Hasil penelitian ini adalah 1) Kondisi Kepercayaan Diri Difabel Tunanetra Sebelum mengikuti bimbingan agama melalui ta’limah yaitu pertama aspek keyakinan kemampuan diri seperti; belum mampu mengontrol rasa panik saat menunjukkan kemampuannya. Kedua aspek optimis seperti; rentan merasa down saat menghadapi kekerasan verbal, bullying, minder, dan merasa sendiri. Ketiga aspek objektif seperti; menghindari beban berkepanjangan, berfokus pada objek masalahnya dan sesekali meminta saran kepada orang terdekat. Keempat aspek bertanggung jawab seperti; tidak stabilnya kepercayaan pada dirinya dan belum membentuk hubungan sosial. Kelima aspek rasional dan realistis seperti; memiliki harapan yang terlalu tinggi. menghadapi ketidakpastian dan ekspektasi tinggi terkait masa depan. 2) Pelaksanaan bimbingan agama melalui ta’limah dalam membentuk kepercayaan diri disabilitas tunanetra di Majelis Pengajian Difabel Kota Semarang menerapkan metode pengajian, ceramah, diskusi tanya jawab, hikmah, dan mauidzah khasanah. Selain materi agama, ta’limah juga mengajarkan keterampilan praktis, seperti membaca Al-Qur'an dan berbagi pengalaman. Pembimbing agama memberikan motivasi melalui kisah teladan Rasulullah dan pedoman Al-Qur’an dan Hadits. Kegiatan penunjang seperti Latihan Dasar Kepemimpinan dan bimbingan individu dengan pembimbing agama. Hasil menunjukkan perubahan positif pada aspek kepercayaan diri difabel tunanetra, seperti pertama aspek keyakinan kemampuan diri; kemampuan mengontrol rasa panik dan meningkatnya keyakinan pada diri sendiri. Kedua aspek optimis; Peningkatan optimis melalui pemahaman tentang keberagaman difabel. Ketiga aspek objektif; dengan mengambil hikmah dari pengalaman jamaah lain dan berkembangnya sikap menghindari beban berkepanjangan. Keempat aspek bertanggung jawab; upaya untuk membentuk tanggung jawab, misalnya dalam membaca saritilawah. Kelima aspek rasional dan realistis; kesulitan mewujudkan ekspektasi yang tinggi masih terjadi, tantangan berupa bimbang dan overthinking. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa bimbingan agama melalui ta’limah di Majelis Pengajian Difabel mampu membentuk kepercayaan diri difabel tunanetra.