Dalam menanggapi perdebatan penentuan awal bulan kamariah setiap tahunnya. Pemerintah menciptakan gagasan Imkannurukyat guna menetapkan kriteria ketinggian hilal 2° dan elongasi 3,8 sebagai jembatan antara kaum hisab dan rukyat. Namun dalam perjalanan, kriteria tersebut berubah menjadi ketinggian hilal 3° dengan elongasi 6,4. Perubahan kriteria tersebut didasari oleh alasan ilmiah revisi kriteria “2-3-8” (MABIMS) yang dianggap secara astronomis terlalu rendah. Berangkat dari perubahan kriteria tersebut penulis kemudian tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai hilal dan kesaksian yang digunakan di Pantai Tanjung Kodok Lamongan berdasarkan dengan kriteria Imkanur Rukyat lama maupun terbaru.
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan kepustakaan (library research). Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif serta pengumpulan data dan memanfaatkan hasil observasi atau pengamatan sebagai instrument kunci. Dalam penelitian ini penulis menekankan bukti dari gambar posisi ketinggian serta nilai elongasi yang terjadi pada saat pelaksanaan rukyat al-hilal di Tanjung Kodok Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1437-1444 H.
Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan rukyatul hilal sebanyak 24 kali. Mendapatkan hasil, hilal berhasil terlihat sebanyak 11 kali dan tidak berhasil terlihat 13 kali. Persentase keberhasilan dalam melihat hilal berkisar sekitar 45,83%. Dan berdasarkan parameter Imkanur Rukyah Neo MABIMS, hilal yang sesuai dengan parameter ada 13 hilal dengan persentase 58,33%. Berdasarkan dari nilai hasil keberhasilan terlihatnya hilal, memiliki konvergensi dengan hasil Imkanur Rukyat Neo Mabims karna diketahui tidak ada satupun hilal yang berhasil terlihat di bawah kriteria Neo Mabims.