Efek polusi cahaya dalam pengamatan hilal di Indonesia : analisis kriteria kecerlangan langit menurut Nur Nafhatun Md Shariff

Alawiya, Balkis Sifara (2023) Efek polusi cahaya dalam pengamatan hilal di Indonesia : analisis kriteria kecerlangan langit menurut Nur Nafhatun Md Shariff. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

[thumbnail of Tesis_2202048006_Balkis_Sifara_Alawiya] Text (Tesis_2202048006_Balkis_Sifara_Alawiya)
Tesis_2202048006_Balkis_Sifara_Alawiya.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (2MB)

Abstract

Penelitian ini menggali dampak polusi cahaya terhadap praktik Rukyatul hilal dengan memfokuskan analisis pada kriteria kecerlangan langit yang diusung oleh Nur Nafhatun Md Shariff. Dalam perspektif islami, hilal memiliki peran sentral dalam menentukan awal bulan hijriyah, menjadikan pengamatannya sebagai praktik ibadah yang sangat penting. Kriteria kecerlangan langit yang ditetapkan oleh Nur Nafhatun menjadi panduan kritis dalam melihat dampak polusi cahaya terhadap visibilitas hilal. Kriteria tersebut menegaskan bahwa lokasi dengan kecerlangan langit di bawah 16 mpsas tidak memungkinkan untuk melihat hilal.
Pertanyaan penelitian mengenai kontribusi Nur Nafhatun Md Shariff dalam menganalisis kriteria kecerlangan langit dalam konteks pengamatan hilal dan apakah terdapat perbedaan signifikan dalam hasil pengamatan visibilitas hilal antara lokasi dengan tingkat polusi cahaya yang berbeda, Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh polusi cahaya terhadap keterlihatan hilal.
Penelitian ini mengadopsi pendekatan kualitatif, melakukan penelitian lapangan di lima lokasi Indonesia - Bandung, Semarang, Medan, Waingapu, dan Manado, dengan kondisi langit yang berbeda-beda. Melalui pengamatan langsung di lapangan, studi ini berhasil mengumpulkan data terperinci mengenai berbagai faktor atmosfer dan lingkungan yang berpengaruh terhadap visibilitas hilal. Setiap lokasi dipilih karena uniknya kondisi langit, memberikan wawasan penting tentang bagaimana faktor-faktor ini berinteraksi dan mempengaruhi kemampuan pengamatan hilal, suatu praktek penting dalam penentuan kalender hijriyah di lingkungan yang berbeda.
Nur Nafhatun Md Shariff berkontribusi dalam analisis kriteria kecerlangan langit untuk pengamatan hilal, mengkaji dampak polusi cahaya terhadap visibilitasnya. Penelitiannya di Telok Kemang, Kuala Lumpur, dan Coonabarabran menyoroti hubungan antara kecerlangan langit, polusi cahaya, dan efektivitas pengamatan hilal. Hasilnya menunjukkan bahwa keberhasilan rukyatul hilal dipengaruhi oleh kondisi langit, penggunaan teknologi, dan keahlian pengamat. Ia merekomendasikan penggunaan metode pengamatan yang lebih canggih, pemilihan lokasi strategis, kampanye kesadaran, dan pelatihan berkelanjutan untuk memastikan keaslian pengamatan hilal di Indonesia, menghadapi beragam kondisi langit.

ABSTRACT:
This study explores the impact of light pollution on the practice of Rukyatul hilal by focusing on the sky brightness criteria proposed by Nur Nafhatun Md Shariff. From an Islamic perspective, the hilal plays a central role in determining the start of the lunar month, making its observation a critically important religious practice. Nur Nafhatun's established criteria for sky brightness become a critical guide in assessing the impact of light pollution on the visibility of the hilal. These criteria assert that locations with sky brightness below 16 mpsas are not conducive for observing the hilal.
The research questions revolve around Nur Nafhatun Md Shariff's contributions to analyzing sky brightness criteria in the context of hilal observation and whether there is a significant difference in the results of hilal visibility observations between locations with varying levels of light pollution. The primary aim of this study is to identify the influence of light pollution on the visibility of the hilal.
Adopting a qualitative approach, this research involves field studies in five different locations across Indonesia - Bandung, Semarang, Medan, Waingapu, and Manado, each with unique sky conditions. Through direct field observations, the study successfully gathers detailed data on various atmospheric and environmental factors affecting the visibility of the hilal. Each location was selected for its unique sky conditions, providing vital insights into how these factors interact and influence the ability to observe the hilal, a key practice in determining the Hijri calendar in diverse environments.
Nur Nafhatun Md Shariff contributes to the analysis of sky brightness criteria for hilal observation, examining the impact of light pollution on its visibility. Her research in Telok Kemang, Kuala Lumpur, and Coonabarabran highlights the relationship between sky brightness, light pollution, and the effectiveness of hilal observation. The findings indicate that the success of Rukyatul hilal is influenced by sky conditions, the use of technology, and the expertise of the observers. She recommends the adoption of more advanced observation methods, strategic location selection, awareness campaigns, and ongoing training to ensure the authenticity of hilal observations in Indonesia, amidst diverse sky conditions.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Polusi cahaya; Pengamatan hilal; Kecerlangan langit
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.2 Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam > 297.26 Islam and secular disciplines > 297.265 Islam and natural science (Incl. Islamic Astronomy/Ilmu Falak)
Divisions: Program Pascasarjana > Program Master (S2) > 50102 - Ilmu Falak (S2)
Depositing User: Miswan Miswan
Date Deposited: 21 Oct 2024 04:05
Last Modified: 21 Oct 2024 04:05
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/24697

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics