Kajian ini menjelaskan pandangan Wahbah Zuhaili terhadap Nusyuz (Perspektif Gender). Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dan metodologi hukum normatif. Sumber data sekunder penelitian ini meliputi informasi mengenai istri Nusyuz sebagai penyebab perceraian dalam Islam dan pandangan ulama terhadap istri Nusyuz sebagai penyebab perceraian.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Nusyuz menurut Wahbah Zuhaili tentang Nusyuz ialah perbuatan yang melebihi batas aturan dalam hidup bersuami istri sehingga mereka tidak mengindahkan hak dan kewajiban yang telah ditetapkan dalam hidup berkeluarga. Wahbah Zuhaili mengatakan bahwa nusyuz berlaku pada istri dan suami. Contoh perbuatan Nusyuz pihak suami meninggikan suaranya (membentak, kasar, lalai), menyombongkan diri, tidak memberikan nafkah baik lahir maupun batin, tidak bekerja, melirik wanita yang lebih cantik atau memalingkan wajahnya menjauh dan cenderung membelakangi (kehilangan kasih sayang) Demikian pula, seorang wanita dianggap nusyuz jika dia bertindak durhaka, durhaka, meninggikan diri, menolak untuk diajak bersetubuh, atau jika ada tanda-tanda lain dari perilaku tersebut. Perbandingan nusyuz meurut Wahbah Zuhaili dengan ulama fiqh yaitu terletak pada sudut pandang bahwa Wahbah Zuhaili mengatakan bahwa nusyuz berlaku pada istri dan suami. Sedangkan ulama fiqh lebih condong mengatakan nusyuz adalah perbuatan istri yang durhaka terhadap suami.