Salah satu karunia terbesar dari Allah Swt adalah mengamanahi seorang anak di dalam pernikahan. Pada saat terjadinya perceraian suami istri akan berupaya sebisa mungkin untuk mempertahankan hak hadhanahnya, seperti halnya pada putusan nomor 650/Pdt.G/2020/PA.Kdl hakim memberikan hak hadhanah kepada ayah meskipun anak tersebut belum mumayyiz, sedangkan dalam KHI anak yang belum mumayyiz adalah hak ibunya. Berdasarkan latar belakang tersebut timbul permasalahan yaitu bagaimana pertimbangan hakim dalam penetapan hak hadhanah kepada ayah angkat dan bagaimana analisis dalam hukum positif dan hukum Islam.
Penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode penelitian lapangan (fied research). Adapun sumber datanya yaitu primer dan sekunder dengan menggunakan teknih pengumpulan data wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini adalah, hakim memberikan hak hadhanah anak kepada ayah meskipun anak tersebut belum mumayyiz. Dalam pertimbangan majelis hakim bawasanya sang ibu telah berkelakuan buruk yaitu berselingkuh dengan pria lain yang mengakibatkan hak hadhanahnya gugur dan hadhanah tersebut dialihkan kepada ayah. Analisis dalam hukum positif dan hukum Islam pada dasarnya pemeliharaan anak adalah hak kedua orang tua, dan anak yang belum mumayyiz adalah hak ibu sedangkan biaya pemeliharaan tanggungjawab ayah. Sehingga hakim memberikan hadhanah kepada ayah atas dasar alasan bahwa ayah lebih banyak maslahatnya jika dibandingkan dengan ibu, dikarenakan sang ibu berkelakuan buruk dan dapat memberikan dampak buruk bagi kehidupan anak.