Ghosting merupakan penyelesaian sebuah hubungan dengan cara memutuskan seluruh kontak dan mengabaikan segala komunikasi dengan seseorang. Untuk sebagian orang ghosting merupakan jalan keluar paling mudah dalam meninggalkan seseorang ketika sudah tidak tertarik lagi dengan suatu hubungan, namun strategi ini memiliki dampak yang menyakitkan bagi penerimanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengetahui secara metodelogik mengenai gambaran strategi regulasi emosi pada mahasiswa yang mengalami ghosting setelah melakukan hubungan seksual dalam hubungan tanpa status. Subjek dalam penelitian ini adalah lima orang mahasiswa yang masih aktif berkuliah di Kota semarang. Pengambilan subjek menggunakan metode purposive sampling, dengan karakteristik mahasiswa perempuan, memiliki rentan Umur 18 – 24 tahun, Melakukan hubungan seksual minimal sekali ketika menjalani hubungan tanpa status serta berasal dari luar Kota semarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dan menggunakan analisis data descriptive phenomenological Analysis (DPA). Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kelima subjek menerapkan strategi regulasi emosi ketika mengalami ghosting. Terdapat lima strategi regulasi emosi atau process model of emotion regulation yang telah diterapkan oleh kelima subjek, yaitu Pemilihan situasi, Modifikasi situasi, Penyebaran perhatian, Perubahan kognitif dan Perubahan respon. Namun, terdapat satu subjek dalam penelitian yang tidak menerapkan salah satu strategi regulasi emosi. Subjek tersebut hanya menerapkan empat dari kelima strategi regulasi emosi, yaitu Pemilihan situasi, Penyebaran perhatian, Perubahan kognitif, dan Perubahan respon. sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa yang dijadikan subjek dalam penelitian ini menjalankan strategi regulasi emosi dengan peearapan strategi yang berbeda-beda.