Studi ini dimaksudkan untuk menggali konsep bisnis sufistik Al-Ghazali sebagai sebuah alternatif bagi wacana spiritualitas bisnis. Penelitian ini menggunakan metode Critical Discourse Analysis dengan mengkaji secara mendalam literatur yang membahas pemikiran ekonomi Al-Ghazali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Islam sangat mendorong umatnya untuk bekerja dan menjadi produktif. Al-Ghazali telah berhasil mendamaikan dikotomi antara dunia dan akhirat, antara bisnis dan tasawuf, antara menjadi pengusaha kaya dan masuk golongan al-Shiddiqin. Konsep Bisnis Sufistik Al-Ghazali dibangun di atas tiga pilar utama, yakni Keadilan(‘adl), kebaikan (Ihsan) dan Kasih Sayang (Syafaqah). Dari nilai-nilai inti (core values) ini muncul 19 karakter mulia, sebagaimana yang sekarang dipandang sebagai pondasi spiritual bagi pelayanan unggul yang sustainable. Yaitu bahwa pelayanan sejatinya harus lahir dari komitmen yang tidak bersyarat terhadap orang lain. Dan ini adalah hasil dari merasakan keadaan (empathy), kasih sayang (compassion), rendah hati (humility), dan cinta (love) kepada orang lain. Untuk meraih keselamatan, termasuk dalam dunia bisnis, manusia perlu menempuh gradasi spiritual (maqamat) melalui metode sufistik (al-Tariqah al-Sufiyah). Di antaranya yaitu (1) taubat, (2) sabar dan syukur, (3) khauf dan raja’, (4) zuhud, (5) tawakal, (6) Mahabbah.
Dalam tahap implementasi, bisnis dengan pendekatan Sufistik menarik perjalanan mi’raj ke dunia atas (langit, ruh) dimana diri (self) mendapatkan pencerahan. Selanjutnya, untuk menjalankan misi ‘imarat al-ard} sebagai khalifah Allah, manusia melakukan perjalanan kembali turun dengan kesadaran baru. Bisnis sufistik menjadi perangkat yang menghubungkan antara keduniaan (harta) dengan spiritualitas. Seorang pengusaha bisa menjalani kehidupan secara seimbang dan harmonis: Menjadi Sufipreneur.

ABSTRACT:
This study is intended to explore the Sufistic business concept of Al-Ghazali as an alternative to the discourse of business spirituality. This study uses the Critical Discourse Analysis method by examining in depth the literatures that discuss Al-Ghazali's economic perspective.
It shows that Islam really encourages its adherents to work and be productive. Al-Ghazali succeeds in reconciling the dichotomy between the world and the hereafter, between business and Sufism, between being a rich businessman and being included in the "al-Shiddiqin" group. Al-Ghazali's Sufistic Business Concept is built on three main pillars, namely Justice ('adl), kindness (Ihsan) and Compassion (Syafaqah). From these core values, 19 noble characters emerge, which are now seen as the spiritual foundation for sustainable superior service. The true service must be born from unconditional commitment to others. It creates the feeling of the state of empathy, compassion, humility, and love others. To achieve safety, including in the business world, humans need to take spiritual gradations (maqama t) through the Sufistic method (al-Tariqah al-Sufiyah). Among them are (1) taubat or repentance, (2) sabr or patience and shukr or gratitude, (3) khauf or worry and raja' or hope (4) zuhud or ascetif life, (5) tawakkal or surrender, (6) mahabbah or love
In the stages of implementation, a business with a Sufistic approach takes a kind of "mi'raj" journey to the world above (sky, spirit) where self gets enlightened. Furthermore, in order to carry out the mission of 'imarat al-ardh as khalifah of Allah, humans travel back down with a new consciousness. Sufistic business is a tool that connects worldliness property and spirituality. An entrepreneur can live a balanced and harmonious life: Become a Sufipreneur.