Fokus dalam dalam riset ini adalah moderasi beragama pada pendidikan pesantren salaf, dengan lokus di pesantren Edi Mancoro dan Pancasila. Adapun fokus penelitian mengerucut pada tiga hal yaitu peran kyai dalam mengimplementasikan moderasi beragama, model kurikulum yang bermuatan moderasi beragama, dan model pembelajaran pesantren Edi Mancoro dan Pancasila yang dapat mendukung implementasi moderasi beragama.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga teknik yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan uji keabsahan data yang dipergunakan adalah trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. Analisis data dilakukan dengan enam langkah yaitu mengolah dan menyaipkan data, membaca data secara komprehensif, coding data, deskripsi data dan analisis data.
Ada tiga hasil dalam penelitian ini. Pertama, kyai pesantren Edi Mancoro telah berperan dalam penguatan moderasi beragama dengan empat indikatornya yang dimanifestasikan dalam bentuk mendirikan pesantren yang sangat inklusif, jaringan antar institusi yang sangat inklusif, dan menjaga dan melestarikan simbol-simbol kebangsaan, budaya dan tradisi. Hal itu didasari dengan paradigma Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam dan nilai-nilai kemanusiaan. Kyai pesantren Pancasila juga telah berperan dalam penguatan moderasi beragama yang dimanifestasikan dalam bentuk mendirikan pesantren yang inklusif, jaringan antar institusi yang inklusif, dan menjaga dan melestarikan simbol-simbol kebangsaan, budaya dan tradisi. Hal itu didasari dengan paham aswaja sebagai paham yang moderat dalam Islam.
Kedua, kurikulum pesantren Edi Mancoro dan pesantren Pancasila cukup moderat. Moderasi kurikulum pesantren Edi Mancoro ditandai dengan pendalaman keagamaan, wawasan kebangsaan, penghormatan terhadap tradisi, dialog lintas iman dan toleransi beragama. Kurikulum itu menjadi upaya untuk mewujudkan Islam moderat sebagai rahmat bagi seluruh alam dan media mewujudkan misi dan visi pesantren yang sangat moderat. Moderasi kurikulum pesantren Pancasila ditandai dengan pendalaman keagamaan, wawasan kebangsaan, dan penghormatan terhadap tradisi. Kurikulum menjadi media untuk mewujudkan Islam yang moderat dan media mewujudkan visi dan misi pesantren yang moderat.
Ketiga, pesantren Edi Mancoro dan pesantren Pancasila mempunyai beberapa model pembelajaran untuk penguatan moderasi beragama. Pesantren Edi Mancoro menggunakan pendekatan model pembelajaran yang kritis, praktis dan aplikatif yang mendukung moderasi beragama. Pesantren Pancasila menggunakan pendekatan model pembelajaran yang kritis dan praktis yang mendukung moderasi beragama.

ABSTRACT:
The focus of this research is religious moderation in pesantren salaf of Edi Mancoro and Pancasila. The focus of the research is narrowed to three things, namely the role of the Muslim cleric in implementing religious moderation, the curriculum model that contains religious moderation, and the learning model of pesantren Edi Mancoro and Pancasila which can support the implementation of religious moderation.
This is qualitative field research with a case study approach. Data collection was carried out using three techniques, namely interviews, observation, and documentation. The validity test of the data used in this research is source triangulation and method triangulation. Data analysis was carried out in six steps, namely processing and preparing data, comprehensive reading of data, data coding, data description, and data analysis.
Based on the data analysis, the research findings showed that, First, kyai pesantren Edi Mancoro played a role in strengthening religious moderation with four indicators manifested in the form of establishing very inclusive pesantren, highly inclusive inter-institutional networks, and maintaining and preserving symbols of nationality, culture and traditions. This is based on the paradigm of Islam as a mercy for all of nature and human values. The Kyai of pesantren Pancasila played a role in strengthening religious moderation manifested in the form of establishing inclusive Islamic boarding schools, inclusive inter-institutional networks, and maintaining and preserving symbols of nationality, culture and traditions. This is based on the understanding of aswaja as a moderate understanding in Islam.
Second, the curriculum of pesantren Edi Mancoro and pesantren Pancasila is quite moderate. The moderation of pesantren Edi Mancoro curriculum is characterized by religious deepening, nationalism, respect for traditions, interfaith dialogue and religious tolerance. The curriculum is an effort to realize moderate Islam as a blessing for all nature and media to realize the mission and vision of a very moderate pesantren. The moderation of pesantren Pancasila curriculum is marked by religious deepening, nationalism, and respect for tradition. The curriculum becomes a medium for realizing moderate Islam and the media for realizing the vision and mission of a moderate Islamic boarding school.
Third, pesantren Edi Mancoro and Pancasila has several learning models for strengthening religious moderation. Pesantren Edi Mancoro uses a critical, practical, and applicable learning model approach that supports religious moderation. Pesantren Pancasila uses a critical and practical learning model approach that supports religious moderation.