Manusia sempurna dalam pandangan Seyyed Hossein Nasr dan relevansinya dengan modernitas
Encung, Encung (2020) Manusia sempurna dalam pandangan Seyyed Hossein Nasr dan relevansinya dengan modernitas. Dr/PhD thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Disertasi_1500039021_Encung.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (2MB)
Abstract
Manusia pada dasarnya merupakan mahluk theo-echomorphism karena dua sifat eksistensinya. pertama eksistensi berupa Dzat-dzat Tuhan atau Devine Assence, dan yang ke dua eksistensi berupa sifat-sifat ke-alaman atau universal essence. Menurut Seyyed Hossein Nasr manusia dengan eksistensi yang demikian disebut sebagai manusia yang sejati karena dengan eksistensinya itu manusia telah menjadi manusia yang sesungguhnya atau humanized human. Humanized human dalam banyak ungkapan yang sering dikemukakan oleh Nasr disebut manusia sempurna. Tetapi dunia modern menuntun manusia melupakan eksistensinya itu sehingga hakekat kesempurnaannya memudar bahkan menghilang. Hilangnya eksistensi yang bersubstansi ketuhanan dan ke-alaman semakin menyeruak tajam ketika konsep eksistensi dalam aliran eksistensialisme Barat modern berhasil membentuk poros baru tentang eksistensi manusia yang justru menghilangkan esensi ketuhanan dan kealaman tersebut. Menurut aliran ini eksistensi mendahului esensi existence preceeded essence sehingga eksistensi tidak beresensi. Akibatnya manusia dengan tipikal eksistensi demikian membangun masa depannya, menentukan nasib dirinya, alamnya, tanpa bantuan siapapun karena urusan esensi pada eksistensinya diserahkan sepenuhnya kepada kehendak manusia itu sendiri sehingga manusia tidak sempurna lagi.
Penelitian ini hendak menjawab bagaimana konstruksi eksistensi manusia menurut Seyyed Hossein Nasr? Bagaimanakah hakekat manusia sempurna itu? dan bagaimana manusia sempurna itu hidup di dunia modern?.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka library research yang menjadikan karya-karya Seyyed Hossein Nasr sebagai referensi utama untuk memperoleh data-data penelitian. Dengan cara menafsir secara hermeneutis data-data tersebut diolah untuk memperoleh kesimpulan yang komprehensif dan mendalam.
Dalam penelitian ini penulis menemukan bahwa eksistensi manusia yang beresensi ke Tuhanan dan kealaman merupakan suatu bentuk eksistensi manusia sempurna yang relevan dengan dunia modern. Karena pada dasarnya krisis modernitas sebagian besarnya akibat kelalaian manusia dan di antara bentuk kelalaianya adalah melupakan eksistensinya yang bersubstansi tersebut. Memang, gagasan eksistensialisme Barat modern ikut meramaikan wacana tentang eksistensi manusia, tetapi hasil kreasi berfikir filosofis aliran filsafat ini justru melahirkan eksistensi manusia yang tidak bersubstansi dan beresensi.
Untuk itu manusia modern harus kembali lahir dengan kesadaran eksistensialnya yang berdemensi ketuhanan dan kealaman sekaligus. Karena hanya manusia dengan eksistensinya yang demikian mampu merepresentasikan diri sebagai mahluk yang dicipta dengan tujuan khusus sesuai dengan maksud ditanamkanya dzat-dzat ketuhanan dan kealaman tersebut. Yaitu untuk menjadi hamba abdullah dan menjadi khalifatullah di Bumi yang bertugas mengawal dan menjaga bumi tetap sejahtera. Nasr menyebut manusia pasif ketika sebagai hamba dan aktif ketika sebagai khalifah.
ABSTRACT:
Academic investigation of the research is to clarify the concept of insan kamil of Nasr’s thought that is risen as many terms. By means library research the author of this work is exploring the narrated dates finding in many books of Nasr. And conducting the heuristic and hermeneutic way of interpretation the author will aspecially interprate the data collecting from books. The final answer is explaining that first thing to be insan kamil is to being awareness of the state of human before god. Human being is basically has two function as abdun and khalifah. Secondly, by mean of khalifah human being is conducting their self to be perfect man.
About human according to Nasr is not organically structured creatures that are containing to material in nature. But it is an integral structure between the soul that is materialized and physicalized in nature too. The relationship between the both is in the sacral sequence that Nasr calls the divine dimension of devine essence. Human existence is in the form of a series of systems that God has given essence. In contrast to the existentialism that developed in the West that human beings exist in the absence of their essence so that humans have the right to determine their essence. In this context, human beings are truly subject and the individual is aware of what he is about to do. But the drive for consciousness without being accompanied by awareness of human security faces danger in his life. Because human will can be out of control. This is according to in line with the forgetful nature of humanity. Nasr called it al-gaflah. Humans become the worst of creatures in the entire universe because they have forgotten the primordial basics which are divine. By the nature of forgetfulness, humans actually become careless and negligent. While neglect is itself a form of great sin that must be avoided. The line of human destiny God created to overcome the forgetfulness of nature so that humans really become God's best creation. For this reason, humans are positioned by Allah as a servant and as a caliph.
The world of modernity is a world that has forgotten the dimensions mentioned above. The concepts of humanism and anthropocentrism have mistakenly placed man at the center of the universe. Central being referred to in the strands of understanding western humanism is human's superpower. With this concept humans become arrogant and arrogant. This is especially according to Nasr shown how humans behave towards nature and the environment. Humanism does not come just as a concept but it is a derivative of the concept of materialism that is carried by the positive Western modern sciences. In order to bridge this materialistic human notion Nasr echoes the integral humanity between body and soul and spirit as a whole. With its integration, humans are able to be perfect. And the perfection is expressed in two human functions, namely as the caliph and as a servant.
Item Type: | Thesis (Dr/PhD) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Devine principles; Arketipe; Eksitensi-esensi manusia; Insan kamil; God viecegarant; Seyyed Hossein Nasr |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.4 Sufism |
Divisions: | Program Pascasarjana > Program Doktor (S3) > 76003 - Studi Islam (S3) |
Depositing User: | Miswan Miswan |
Date Deposited: | 18 Nov 2024 01:31 |
Last Modified: | 18 Nov 2024 01:31 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/25140 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year