Urgensi deklinasi magnetik berdasarkan perubahan waktu dan perbedaan tempat dalam pengukuran arah kiblat

Fadhel, Muhammad Said (2022) Urgensi deklinasi magnetik berdasarkan perubahan waktu dan perbedaan tempat dalam pengukuran arah kiblat. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

[thumbnail of Skripsi_1802046053_Muhammad_Said_Fadhel] Text (Skripsi_1802046053_Muhammad_Said_Fadhel)
Skripsi_1802046053_Muhammad_Said_Fadhel.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (4MB)

Abstract

Fenomena deklinasi magnetik berkaitan erat dengan penggunaan kompas untuk menentukan arah mata angin yang akurat. Fenomena tersebut merupakan dampak dari perbedaan kecepatan rotasi bumi dengan sirkulasi magnetohidrodinamik pada internal bumi. Perbedaan kecepatan ini menyebabkan posisi sumbu medan magnet tidak menyatu dengan sumbu rotasi bumi sehingga kutub magnetik dan kutub geografis tidak menyatu.
Jarum kompas yang sifatnya selalu menunjuk ke arah kutub magnetik perlu dilakukan koreksi untuk mendapatkan arah utara sejati dengan cara memasukkan nilai deklinasi magnetik. Di kalangan umat muslim, kompas merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk kepentingan penentuan arah kiblat. Karena sifatnya praktis, instrumen ini cenderung ada di lapangan. Pengabaian ataupun kesalahan memasukkan nilai deklinasi magnetik akan berkontribusi terhadap penyimpangan arah kiblat, terkhususnya wilayah Indonesia yang berstatus kiblat ijtihad. Sebuah konsep iḥtiyāṭ al-qiblah diusung oleh Ma’rufin Sudibyo untuk menentukan batas simpangan arah kiblat yang diperkenankan dalam kiblat ijtihad. Berdasarkan latar belakang tersebut timbul suatu permasalahan bagaimana tingkat urgensi deklinasi magnetik dalam pengukuran arah kiblat dengan kompas pada wilayah Indonesia.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka (library research) yaitu mengambil referensi pustaka dan dokumen yang relevan dengan masalah ini. Adapun sumber datanya berasal dari publikasi National Center for Environmental Information (NCEI) berupa data deklinasi magnetik pada masa lampau. Adapun teknik pengumpulan data penulis menggunakan studi kepustakaan melalui dokumentasi, selanjutnya data tersebut diolah dan disajikan dengan metode analisis deksriptif. Adapun pada tahap penarikan kesimpulan penulis menakar tingkat urgensi nilai deklinasi magnetik Indonesia dengan menggunakan konsep iḥtiyāṭ al-qiblah dari Ma’rufin Sudibyo.
Berdasarkan analisis yang dilakukan penulis menyimpulkan bahwa tingkat urgensi deklinasi magnetik wilayah Indonesia beragam. Mulai dari 31,4% hingga 100%. Namun tingkat urgensi cek berkala pertahun tidak lebih tinggi daripada jangka waktu 5 ataupun 10 tahun. Dengan tingkat urgensi jangka 5 tahun mulai dari 4% hingga 16% dan jangka 10 tahun mulai dari 8% hingga 66,67%.

ABSTRACT:
The phenomenon of magnetic declination is closely related to using a compass to accurately determine the cardinal directions. This phenomenon is the impact of the difference in the Earth's rotational speed with the internal magnetohydrodynamic circulation. This speed difference causes the position of the magnetic field axis not to align with the Earth's rotational axis so that the magnetic and geographic poles do not merge.
The compass needle, which always points towards the magnetic pole, needs to be corrected to get true north by entering the magnetic declination value. Among Muslims, the compass is one of the instruments used to determine the Qibla direction. Due to their practical nature, these instruments tend to be in the field. Ignoring or incorrectly entering the magnetic declination value will contribute to the deviation of the Qibla direction, especially in the territory of Indonesia, which has the status of qiblah al-ijtihād. Ma'rufin Sudibyo promoted a concept of iḥtiyāṭ al-qiblah to determine the limit of the deviation of the Qibla direction allowed in the qiblah al-ijtihād. Based on this background, a problem arises regarding the urgency of magnetic declination in measuring Qibla direction with a compass in Indonesian territory arises.
This research is a type of library research, which is taking library references and documents relevant to this problem. The data source comes from the National Center for Environmental Information (NCEI) publication in the form of magnetic declination data in the past. As for the data collection technique, the writer uses a literature study through documentation; then, the data is processed and presented using the descriptive analysis method. Meanwhile, at the conclusion’s stage, the author measures the urgency of Indonesia's magnetic declination value by using the concept of iḥtiyāṭ al-qiblah from Ma'rufin Sudibyo.
Based on the analysis, the writer can conclude that the level of urgency for magnetic declination in Indonesia varies. From 31.4% to 100%. However, the level of urgency of periodic checks per year is not higher than a period of 5 or 10 years, with a 5-year term of urgency ranging from 4% to 16% and a 10-year term ranging from 8% to 66.67%.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Uncontrolled Keywords: Deklinasi magnetik; Iḥtiyāṭ al-Qiblah; Arah kiblat; Perubahan waktu; Perbedaan tempat
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.2 Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam > 297.26 Islam and secular disciplines > 297.265 Islam and natural science (Incl. Islamic Astronomy/Ilmu Falak)
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > 50202 - Ilmu Falak
Depositing User: Miswan Miswan
Date Deposited: 19 Nov 2024 08:49
Last Modified: 19 Nov 2024 08:49
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/25201

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics